Belajar Tentang Allah

akhir zaman

[AkhirZaman.org] Suara Allah di dalam Hasil Ciptaan‑Nya. Ke mana saja kita berpaling, kita mendengar suara Allah dan melihat hasil pekerjaan tangan‑Nya. Mulai dari gemuruh guntur yang bernada rendah dan deru ombak laut yang tidak henti‑hentinya, sampai kepada nyanyian gembira yang menjadikan hutan‑hutan semarak dengan lagu‑lagu, puluhan ribu suara alam mengucapkan puji‑pujian kepada‑Nya. Di atas bumi, laut dan langit, dengan beraneka ragam warna‑warni yang ajaib itu, dalam kontrasnya yang megah dan dalam keserasiannya, kita melihat kemuliaan‑Nya. Bukit‑bukit kekal menceritakan kuasa‑Nya. Pepohonan yang melambaikan daun‑daunnya yang hijau di bawah sinar matahari, dan bunga‑bungaan di dalam keindahannya itu, menunjuk kepada Khalik mereka. Rumput hijau yang menutupi bumi yang coklat menceritakan tentang pemeliharaan Allah bagi mahluk‑Nya yang paling rendah sekalipun. Goa‑goa di dalam laut dan di bumi menyatakan perbendaharaan‑Nya. Ia menempatkan mutiara di dalam lautan dan batu kecubung dan batu permata lainnya di antara batu‑batu karang adalah seorang pecinta keindahan. Matahari yang terbit di langii menggambarkan Dia yang merupakan kehidupan dan terang segala sesuatu yang telah dijadikan‑Nya. Segala sesuatu yang terang dan indah yang menghiasi bumi dan menerangi langit membicarakan tentang Allah.

Kalau demikian, akankah kita, di dalam menikmati segala pemberian‑Nya itu, melupakan Yang telah memberikannya? Sebaliknya, biarlah semuanya itu menuntun kita untuk merenung‑renungkan kebajikan dan kasih‑Nya. Biarlah segala sesuatu yang indah di dalam rumah kita di dunia ini mengingatkan kepada kita akan sungai kristal dan padang hijau, pepohonan yang melambai‑lambai dan mata air hidup, kota yang terang dan penyanyi yang berjubah putih, di dalam rumah kita yang di sorga‑dunia keindai yang tidak dapat dilukis oleh pelukis manapun juga, yang tidak dapat digambarkan oleh lidah yang fana. “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” I Korintus 2:9.1

 

Tentang Tabiat dan Kasih Allah. Para ibu . . . hendaknya jangan terlalu ‑diasyikkan dengan perkara‑perkara yang dibuat‑buat dan dibebani dengan urusan hidup sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk mendidik anak‑anak mereka dari buku alam yang besar dari Allah itu, sambil menanamkan di dalam pikiran mereka yang masih muda itu keindahan-keindahan daripada kuncup yang mekar dan bunga‑bungaan. Pepohonan yang tinggi, burung‑burung yang membawakan nyanyian gembira mereka kepada Khalik mereka, berbicara kepada indera mereka tentang kebajikan, rahmat dan kedermawanan Allah. Setiap helai daun dan bunga dengan beraneka‑ragam warna, yang semerbak baunya, mengajarkan kepada mereka bahwa Allah kasih adanya. Segala sesuatu yang baik dan indah dan elok di dalam dunia ini menceritakan kepada mereka tentang kasih Bapa kita‑yang di sorga. Tabiat Allah dapat mereka lihat di dalam hasil ciptaanNya.

Tentang Kesempurnaan Allah. Sebagaimana benda‑benda alam itu menunjukkan penghargaan mereka kepada Pencipta yang Agung itu dengan melakukan apa yang terbaik untuk memperindah bumi ini dan menggambarkan kesempurnaan Allah, demikian pula umat manusia harus berusaha di dalam kesanggupan mereka untuk menampilkan kesempurnaan Allah, sambil membiarkan Dia untuk melaksanakan maksud‑maksud‑Nya yang penuh dengan keadilan, rahmat dan kebajikan melalui diri mereka.

Tentang Khalik dan Hari Sabat. Siapakah yang memberikan kepada kita sinar matahari yang menyebabkan bumi kita ini mendatangkan hasil dan menumbuhkan? dan siapakah yang memberikan hujan yang menyuburkan itu? Siapakah yang telah memberikan kepada kita langit yang di atas dan matahari dan bintang‑bintang di langit? Siapakah yang memberikan kepadamu pikiranmu, dan yang memeliharakan engkau hari demi hari? . . . Setiap kali kita memandang kepada dunia ini, kita diingatkan kepada tangan Allah yang telah menciptakannya. Langit di atas kepala kita, dan bumi di bawah yang ditutupi dengan satu permadani hijau, mengingatkan kepada kita tentang kuasa Allah dan kebajikan‑Nya. Ia bisa saja menjadikan rumput‑rumput itu coklat atau hitam, tetapi Allah adalah seorang pecinta keindahan, dan oleh sebab itu Ia telah memberikan kepada kita perkara‑perkara yang indah untuk dilihat. Siapakah yang dapat melukiskan di atas  bunga‑bungaan warna yang lembut oleh mana Allah telah menghiasi mereka? . .

Kita tidak memiliki buku pelajaran yang lebih baik daripada alam. “Perhatikanlah bunga bakung di ladang, . . . tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.” Biarlah pikiran anak‑anak kita diarahkan kepada Allah. Untuk hal ini Ia telah memberikan kepada kita hari yang ketujuh dan membiarkannya sebagai satu peringatan akan hasil ciptaan‑Nya.

Penurutan kepada, Hukum. Kuasa yang sama yang menopang alam sedang bekerja juga di dalam diri manusia. Undang‑undang yang besar yang sama yang mengendalikan bintang dan atom juga mengendalikan kehidupan manusia. Hukum yang memerintah denyutan jantung, mengatur aliran darah di dalam tubuh, adalah undang‑undang. Hikmat yang mahakuasa yang mempunyai wewenang terhadap jiwa kita. Dari Dialah segala kehidupan itu berasal. Hanya di dalam keserasian dengan Dia bisa diperoleh alam kegiatannya yang sejati. Bagi semua benda ciptaan‑Nya syarat‑syaratnya adalah sama‑satu kehidupan dapat dipertahankan dengan menerima kehidupan Allah, satu kehidupan yang dijalankan dalam keselarasan dengan kehendak Khalik itu. Melanggar hukum‑Nya‑fisik, mental atau moral berarti menempatkan diri dalam keadaan yang tidak selaras dengan alam semesta, mendatangkan kekacauan, dan kebinasaan.

Bagi dia yang belajar menafsirkan pengajaran‑pengajarannya dengan cara demikian, segenap alam menjadi jelas; dunia ini menjadi satu buku pelajaran, kehidupan ini menjadi sebuah sekolah. Persatuan manusia dengan alam dan dengan Allah, pemerintahan hukum dalam alam semesta, akibat‑akibat pelanggaran, tidak akan gagal untuk mengesankan pikiran dan membentuk tabiat. Semuanya ini adalah pelajaran‑pelajaran yang perlu untuk dipelajari oleh anak‑anak kita.

Pelajaran‑pelajaran Lain dari Hukum-hukum Alam. Di dalam memperkembangkan jiwa seorang pekerja yang cermat akan mendapati bahwa perbendaharaan yang tidak pernah diimpi‑impikan akan terbuka di hadapannya. Tidak ada seorangpun yang akan berhasil dalam pekerjaan bertani atau berkebun tanpa memberikan perhatian kepada undang‑undang yang tercakup di dalamnya. Kebutuhan‑kebutuhan khusus setiap tanaman yang berbeda‑beda itu harus dipelajari. Perbedaan‑perbedaan seperti itu membutuhkan tanah dan pemeliharaan yang berbeda, dan penurutan terhadap undang‑undang yang memerintah masing‑masing merupakan syarat sukses.

Perhatian yang diperlukan dalam menanam, agar jangan ada sekalipun satu jaringan akar dipadati atau disalah tempatkan, pemeliharaan tanaman yang muda, pekerjaan menunasi dan mengairi, pekerjaan melindungi dari embun dingin di malam hari dan dari terik matahari diwaktu siang, pekerjaan mencabut rumput‑rumput, mencegah penyakit dan hama serangga, pekerjaan menumbuhkan dan mengatur, bukan hanya mengajarkan pelajaran penting sehubungan dengan perkembangan tabiat, tetapi pekerjaan itu sendiri adalah alat untuk perkembangan tersebut. Di dalam memupuk ketelitian, kesabaran, perhatian kepada perkara yang remeh, penurutan kepada hukum, hal ini memberikan satu latihan yang paling diperlukan.

Hubungan yang terus‑menerus dengan rahasia kehidupan dan keindahan alam, sebagaimana juga kelemahlembutan yang dihasilkan dalam mengurus benda‑benda indah ciptaan Allah ini, cenderung untuk menguatkan pikiran dan memperhalus serta mengagungkan tabiat; dan pelajaran yang diberikannya akan menyediakan pekerja itu untuk dapat mendidik orang‑orang lain dengan lebih berhasil lagi.

Pelajaran‑pelajaran dari Pekerjaan Menaburkan Benih. Perumpamaan penabur dan benih itu memberikan satu pelajaran rohani yang amat dalam. Benih melambangkan prinsip‑prinsip yang ditaburkan di dalam hati, dan pertumbuhannya melambangkan perkembangan tabiat. Jadikan pengajaran dalam hal ini sebagai sesuatu yang praktis. Anak‑anak bisa mengerjakan tanah itu dan menaburkan benih; dan sementara mereka bekerja, orang tua atau guru dapat menerangkan kepada mereka tentang tanah hati, dengan benih yang baik dan jahat yang ditaburkan di atasnya; dan sebagaimana kebun harus dipersiapkan bagi benih itu, demikian pula hati harus dipersiapkan bagi benih kebenaran. Apabila tanaman itu bertumbuh, maka hubungan antara penaburan benih yang alamiah dan yang rohani dapat dilanjutkan.

Bilamana benih itu dilemparkan ke atas tanah, mereka dapat mengajarkan pelajaran tentang kematian Yesus; dan apabila kecambahnya bersemi memberikan pelajaran tentang kebangkitan.

Taman Hati Memerlukan Pemeliharaan. Mulai sejak diusahakannya tanah itu, pelajaran bisa diberikan terus‑menerus. Tidak ada seorangpun yang bisa tinggal di atas sebidang tanah yang tidak diusahakan lalu mengharapkan bahwa itu akan segera menghasilkan suatu panen. Usaha yang tekun dan tabah harus diadakan dalam mempersiapkan tanah itu, menaburkan benih, dan memelihara tanaman itu. Demikian pula seharusnya di dalam penaburan yang rohani. Tanah hati itu harus diusahakan. Tanahnya harus dipecahkan oleh pertobatan. Rumput‑rumput jahat yang akan mengganggu tanaman gandum itu harus dicabut. Sebagaimana sebidang tanah yang dulunya ditumbuhi oleh duri itu dapat diusahakan kembali hanya oleh usaha yang tekun, demikian pula kecenderungan‑kecenderungan yang jahat di dalam hati kita dapat dikalahkan hanya oleh usaha yang sungguh‑sungguh di dalam nama dan kuasa Kristus.

Bertumbuh dalam Anugerah. Ceritakan kepada anak‑anakmu tentang kuasa Allah yang dapat mengadakan mukjizat. Apabila mereka mempelajari buku alam yang besar itu, Allah akan mengesankan pikiran mereka Petani menggarap tanahnya dan menaburkan benihnya, tetapi ia tidak dapat menumbuhkan benih itu.

Tuhan memberikan kuasa kehidupan‑Nya kepada benih itu, dan menyebabkannya bersemi. Di bawah pemeliharaan‑Nya lembaga kehidupan itu menembusi kulit keras yang menyelubunginya, dan bersemi untuk menghasilkan buah. Mula‑mula kecambahnya kemudian mayangnya, kemudian butir‑butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila kepada anak‑anak itu diceritakan tentang pekerjaan yang dilakukan Allah bagi benih itu, mereka mempelajari rahasia pertumbuhan dalam anugerah.

Bangkit Mengatasi Keadaan Lingkungan. Pernakah anda melihat bunga teratai. Bunga‑bunga teratai yang indah ini tumbuh dengan bersih, tidak bernoda, sempurna, tanpa cela sedikitpun. Bunga itu bertumbuh di tengah‑tengah kumpulan sampah. Seorang ibu berkata pada anaknya, “Tolong saya, ambilkan salah satu bungga teratai yang paling dekat dengan akarnya untuk saya. Saya mau agar kamu memahami sesuatu hal tentang itu.”

Ia mengambil segenggam bunga teratai itu, dan saya mengamat‑amati bunga‑bunga itu. Bunga dipenuhi oleh saluran‑saluran yang terbuka, dan tangkai‑tangkainya mengumpulkan bahan‑bahan dari dalam tanah, semuanya ini diolah menjadi bunga teratai yang bersih dan tidak bernoda. Dia menolak sampah‑sampah. Dia menolak segala perkara yang buruk, tetapi di tempat itulah bunga ini tumbuh dalam keadaan. yang bersih.

Demikianlah caranya kita harus mendidik anak‑anak muda kita di dalam dunia ini. Biarlah pikiran dan hati mereka diajar untuk mengenal siapakah Allah itu, siapakah Yesus Kristus itu, dan pengorbanan yang telah diadakan‑Nya demi kepentingan kita. Biarlah mereka mengambil sifat‑sifat yang suci yang agung, yang lemah lembut, yang sopan santun, yang penuh kasih dan kesabaran; biarlah mereka mengambilnya dari Sumber segala kuasa.”

Pelajaran‑pelajaran dalam Berharap dan Bertahan.Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan.” ” Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.”Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu.“Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu.” Ayub 12:7; Amsal 6:6; Matius 6:26; Lukas 12:24.

Kita tidaklah hanya sekedar menceritakan kepada anak‑anak itu tentang binatang‑binatang ciptaan Allah ini. Hewan‑hewan itu sendiri harus menjadi guru‑gurunya. Semut‑semut mengajarkan pelajaran tentang sifat rajin yang disertai dengan kesabaran, sikap bertahan terhadap segala rintangan, dan bersiap sedia untuk hari depan. Dan burung‑burung adalah guru yang memberikan pelajaran tentang berharap. Bapa kita yang di sorga menyediakan makanan bagi mereka, tetapi mereka harus mengumpulkannya, mereka  harus membangun sarangnya dan membesarkan anak‑anaknya. Setiap saat mereka terbuka kepada musuh‑musuh yang hendak membinasakan mereka. Namun demikian betapa riang gembiranya mereka dalam melaksanakan tugas mereka! Betapa menggembirakannya nyanyian‑nyanyian mereka itu.

Betapa indahnya gambaran yang diberikan oleh pemazmur tentang penjagaan Allah terhadap hewan‑hewan di hutan ini:

“Gunung‑gunung tinggi adalah bagi kambing‑kambing hutan. Bukit‑bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk.” Mazmur 104‑18. Ia membiarkan mata air mengalir di antara bukit‑bukit, di mana margasatwa berdiam dan “bersiul di antara daun‑daunan.” Mazmur 104:12. Segala mahluk hutan dan bukit‑bukit adalah sebagian daripada kekeluargaan‑Nya yang besar itu.” Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup.” (Mazmur 145:16).

Serangga Mengajarkan Sifat Rajin. Lebah yang rajin memberikan kepada  manusia yang berpikir satu teladan yang amat baik untuk mereka tiru. Serangga‑‑serangga ini mengikuti peraturan yang sempurna, dan tidak ada satupun yang malas yang dibiarkan hidup di dalam sarangnya. Mereka melaksanakan pekerjaan yang telah ditentukan kepada mereka dengan suatu pemikiran dan kegiatan yang tidak dapat kita pikirkan…. Orang  yang bijaksana itu mengalihkan pikiran kita kepada makhluk‑makhluk kecil  di dunia ini: “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya dan penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.” “Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas.” Kita dapat mempelajari dari guru‑guru kecil ini suatu pelajaran tentang kesetiaan. Jikalau kita memperbaiki dengan ketekunan yang sama akan segala kesanggupan yang telah diberikan kepada kita oleh seorang Khalik yang Mahabijaksana itu, betapa besarnya pertambahan kesanggupan‑kesanggupan kita itu untuk menjadi orang‑orang yang berguna. Mata Allah memandang kepada makhluk makhluk‑Nya yang terkecil ini, kalau demikian, tidakkah Ia memperhatikan manusia yang diciptakan atas peta‑Nya, dan menuntutnya untuk mengadakan pengembalian yang sepadan dengan segala keuntungan yang telah diberikan‑Nya kepadanya?’

Ellen G White

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *