“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela” (Mazmur 46:2-4)
[AkhirZaman.org] {Lanjutan penglihatan pada Jumat malam (18 Januari, 1884)}. Mereka dipakaikan dengan jubah yang lebih indah dari yang pernah dimiliki oleh makhluk bumi. Dimahkotai oleh mahkota kemuliaan yang tidak pernah dilihat oleh manusia. Hari-hari penderitaan, celaan, keinginan, kelaparan, tidak ada lagi; tangisan telah berlalu. Kemudian mereka bernyanyi, nyaring, jelas dan merdu.
Mereka melambaikan daun palem kemenangan, dan berseru “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!” (Wahyu 7:10).
Oh, semoga Allah menyertai kita dengan Roh-Nya dan menjadikan kita kuat dalam kekuatan-Nya! Di hari besar kemenangan akhir dan bahagia akan terlihat bahwa orang benar itu kuat, dan kejahatan dalam segala bentuk dan segala kesombongan lemah dan gagal menyedihkan dan takhluk. Kita akan berpegang teguh pada Yesus, kita akan mempercayai-Nya, kita akan mencari kasih karunia-Nya dan keselamatan dari-Nya. Kita harus berada di dalam Yesus, karena Dialah tempat berlindung dari badai, pertolongan yang dibutuhkan pada masa kesukaran.-Letter 6, 1884.
Pemberi kehidupan akan datang untuk melepaskan belenggu kematian. Ia akan membawa tawanan dan menyatakan, “Akulah kebangkitan dan hidup.” Di sana berdirilah tuan rumah yang telah naik. Pemikiran terakhir adalah kematian dan rasa pedihnya. Pemikiran terakhir yang mereka miliki adalah kematian dan liang lahat, tetapi sekarang mereka menyatakan, “Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? (1Korintus 15:55). Itulah kepedihan akan kematian yang menjadi hal terakhir yang mereka rasakan. . . .
(3SM 430, 431)