“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan’, dan hari kudus TUHAN ‘hari yang mulia’, apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong” (Yesaya 58:13)
[AkhirZaman.org] Allah memanggil pekerja-pekerja dalam misi ini untuk mengangkat standar, dan untuk menunjukkan penghormatan mereka terhadap tuntulan-tuntutan-Nya dengan menghormati hari Sabat.
. . . Dari tempat ini bahan-bahan cetakan dikirim, dan para pekerja berangkat untuk memberitakan hukum-hukum Allah; dan sangatlah penting supaya suatu pengaruh yang benar dikeluarkan oleh gereja, baik dengan peraturan maupun dengan teladan. Standar itu tidak boleh ditempatkan begitu rendah sehingga mereka yang menerima kebenaran akan melanggar hukum-hukum Allah sementara mengaku menaatinya. Lebih baik, jauh lebih baik, meninggalkan mereka berada dalam kegelapan sampai mereka dapat menerima kebenaran itu dalam kesuciannya.
Umat Masehi Advent Hari Ketujuh sedang diamat-amati. Ada orang-orang yang sedang mengamat-amati umat ini untuk melihat apa pengaruh kebenaran itu terhadap mereka. Anak-anak dunia ini lebih pintar dalam generasi mereka daripada anak-anak terang; bilamana tuntutan hukum keempat dibentangkan di hadapan mereka, mereka memandang untuk melihat bagaimana hukum keempat itu dihormati oleh mereka yang mengaku menaatinya. Mereka mempelajari kehidupan dan tabiat orang-orang yang membelanya, untuk mengetahui apakah orang-orang ini selaras dengan pengakuan iman mereka; dan terhadap pendapat-pendapat yang dibentuk sedemikian rupa banyak yang terpengaruh sebagian besar dalam penerimaan atau penolakan kebenaran itu. Jika umat ini mau menyesuaikan kehidupan mereka kepada standar Alkitab, maka sesungguhnya mereka akan menjadi suatu terang di dunia, sebuah kota yang didirikan di atas gunung.—Manuscript 3, 1885. “
Pentingnya dan mulianya hari Sabat. Kemarin (10 Agustus 1851), yang adalah hari Sabat, kami menikmati waktu manis yang mulia. Tuhan bertemu dengan kami dan kemuliaan Allah memancar pada kami dan kami dibuat untuk bersukacita dan memuliakan Allah karena kebaikan-Nya yang berlimpah-limpah kepada kami. . . .
(3SM 259, 260)