“Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami berlindak dengan penuh keberanian, tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu.” 2 Korintus 3:12,13.
AkhirZaman.org: Kemuliaan yang bercahaya di wajah Musa adalah pantulan kebenaran kemuliaan Kristus dalam hukum itu. Dengan hukum itu sendiri tidak akan ada kemuliaan, namun hanya karena di dalamnya Kristus diwujudkan.
Hukum itu tidak ada berkuasa untuk menyelamatkan. Sebenarnya itu tak ada cahayanya tetapi karena di dalamnya Kristus dinyatakan sebagai penuh kebenaran dan keadilan sehingga hukum itu memancarkan kemuliaan Kristus dan karakter-Nya.
Lambang-lambang dan bayang-bayang dalam ritual pengorbanan, dengan nubuatan-nubuatan melalui para nabi Tuhan, memberi suatu peringatan bagi orang-orang Israel dari suatu pandangan yang samar-samar dan tidak jelas mengenai kemurahan dan kasih karunia yang harus dibawa kepada dunia dengan pernyataan mengenai Kristus.
Hukum Moral
Kepada Musa diungkapkan perihal makna dari Simbol-simbol merupakan bayang-bayang yang menunjuk kepada Kristus. Musa melihat sampai akhir penggenapan yang harus digenapi yaitu pada waktu kematian Kristus, simbol lambang bertemu dengan yang sebenarnya (yang dilambangkan).
Kepada Musa disingkapkan dengan melihat bahwa hanya melalui Kristus manusia dapat memelihara hukum moral itu. Dengan pelanggaran terhadap hukum moral ini manusia mendatangkan dosa ke dalam dunia, dan bersama perbuatan dosa inilah datang kematian.
Pengorbanan kematian Kristus di golgota menjadi pendamaian untuk dosa manusia serta la menyodorkan kesempurnaan tabiat-Nya untuk mengganti sifat manusia yang berdosa. Kristus mengenakan ke atas diri-Nya sendiri kutuk pendurhakaan manusia, sehingga oleh pengorbanan-Nya manusia dapat diperdamaikan dengan Allah.
Pengampunan Allah
Korban-korban dan persembahan-persembahan menunjuk langsung kepada korban yang la akan lakukan. Anak domba yang disembelih melambangkan Anak Domba yang akan menghapus dosa dunia.
Itu adalah melihat sasaran dari apa yang harus diselesaikan, melihat Kristus sebagaimana yang dinyatakan dalam hukum, yang menerangi wajah Musa.
Pelayanan hukum, yang tertulis dan diukir pada batu, adalah pelayanan kematian. Tanpa Kristus, si pelanggar tetap berada di bawah kutuknya, dengan tak ada harapan pengampunan Allah.
Pelayanan itu sendiri tidak ada kemuliaannya, tetapi Juruselamat yang dijanjikan, yang dinyatakan dalam lambang-lambang dan bayang-bayang hukum upacara, menjadikan hukum moral itu mulia oleh pancaran kemuliaan Kristus.
Kebenaran Allah Dalam Alkitab
Paulus menginginkan saudara-saudaranya melihat bahwa kemuliaan besar Juruselamat yang mengampuni dosa memberi makna kepada seluruh sistem upacara Yahudi.
la juga menginginkan mereka untuk melihat bahwa ketika Kristus datang ke dunia, dan mati sebagai korban manusia, lambang bertemu dengan yang dilambangkan (yang sebenamya).
Setelah Kristus mati di atas salib sebagai suatu persembahan dosa, hukum upacara tidak lagi mempunyai kekuatan. Namun itu dikaitkan dengan hukum moral, dan mulia.
Seluruhnya menyandang cap Keilahian, dan menyatakan kekudusan, keadilan, dan kebenaran Allah. Dan jika pelayanan pembebasan melalui lambang yang dilakukan adalah mulia, betapa jauh lebih mulia yang sebenarnya, ketika Kristus dinyatakan, menyerahkan nyawa-Nya untuk memberi kehidupan, Roh yang menyucikan bagi semua yang percaya?