BABEL MODERN
[AkhirZaman.org] Dalam Kitab Wahyu, Babel mewakili musuh besar Kristus dan gereja-Nya. Di akhir zaman, baik Babel rohani maupun Israel rohani adalah universal. Lingkup wilayahnya adalah sedunia. Injil secara eksplisit diberitakan “kepada semua bangsa dan suku dan bahasa dan kaum” (Wahyu 14:6), penekanan empat kali lipat yang menyatakan radiusnya yang universal (mendunia).
Pengumuman selanjutnya bahwa Babel yang besar telah rubuh berdasarkan kenyataan bahwa ia “telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya” (ayat 8). Seluruh dunia pada akhirnya berada di bawah kekuasaannya (Wahyu 13:3, 4, 7).
Selaras dengan lingkup universal dari Babel akhir zaman, ilham juga ditujukan kepada sungai Babel, sungai Efrat, adalah juga memiliki peberapan universal: “Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa” (Wahyu 17:15).
Orang-orang yang berpendapat bahwa “sungai Efrat” hanya menyatakan sungai Efrat yang sesungguhnya harus mengikuti penafsiran terbatas untuk “Babel,” “Israel,” “Gunung Sion,” dan istilah-istilah lainnya di dalam kitab Wahyu. Ini merupakan kegagalan dalam menangkap watak Kristosentris dalam tipologi Alkitab. Injil, sepanjang diterapkan pada era Mesias, bergerak dari pembatasan-pembatasan keharafiahan etnis dan geografis.
Secara teologis, kita dapat mendifinisikan Babel dalam hubungannya dengan (1) Tuhan Israel dan jalan keselamatan-Nya di dalam Bait Suci, dan (2) umat perjanjian Tuhan.
Perjanjian Lama mencatat peranan penting Babel dalam kehidupan umat perjanjian Tuhan. Babel menghancurkan Bait Suci di Yerusalem, menginjak-injak kebenaran agama-Nya, menghujat nama Tuhan, dan menistakan umat perjanjian-Nya (2 Tawarikh 36:5-20; Daniel 5:1-5).
Potret Babel sejarah ini membantu menjelaskan gambaran yang kita temukan dalam kitab Wahyu. Pemberontakan Babel rohani (modern) terhadap otoritas Tuhan berlaku dalam dua dimensi: secara vertical, melawan kedaulatan Tuhan dan kehendak-Nya yang menyelamatkan, dan secara horizontal, melawan umat perjanjian Tuhan dan perbaktian bait suci mereka yang kudus. Babel berperang ke dua arah—melawan Allah Israel, melawan bangsa Israel rohani milik Tuhan (Wahyu 14:18; 17:1-6; 18:1-8).
Kebencian yang mengilhami Babel di zaman dulu akan memotivasi Babel akhir zaman dalam tingkatan yang lebih intensif. Tuhan sekarang tidak dapat dipisahkan dari Kristus yang telah bangkit. Maka Babel modern harus didefinisikan sebagai musuh besar Kristus dan umat-Nya. Yerusalem Baru secara eksplisit disebut dengan pengantin perempuan atau “mempelai Anak Domba” (Wahyu 21:9), sementara “Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian Anak Domba itu” (ayat 22).
Hanya orang-orang yang bisa masuk ke dalamnya adalah “mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu” (Ayat 27). Pusat pengendalian walam Wahyu secara tegas adalah “takhta Allah dan takhta Anak Domba itu” (Wahyu 22:1, 3), dan Kristus dipermuliakan dengan hak prerogative ilahi yang penuh (ayat 13).
Babel akhir zaman mengarahkan hujatan dan kebenciannya terhadap Allah, terhadap Kristus, dan terhadap umat-Nya yang setia (Wahyu 12:5-12). Babel menyerang dan memperbudak gereja universal dan menyelewengkan ajarannya tentang jalan keselamatan dan perbaktian yang benar (Wahyu 14:6, 7; 17:4; 14:8).
KEBINASAAN BABEL
Intisari pekabaran Yohanes dalam buku Wahyu dalah bahwa Kristus akan menghakimi Babel akhir zaman untuk sekali dan selamanya, dan akan meneguhkan Israel rohani di akhir zaman dengan penyelamatan yang penuh kemuliaan. Kejatuhan Babel yang tiba-tiba akan menyerupai kejatuhan Babel zaman dulu. Intisari teologisnya masih tetap sama. Namun pembatasan etnis dan geografis tidak berlaku lagi. Tandingan modernnya adalah dalam proporsi kosmis dan universal.
Seperti halnya penghakiman menimpa secara tiba-tiba terhadap Babel zaman dulu (Yesaya 47:9, 11; Yeremia 51:8), demikianlah juga penghakiman tiba-tiba ke atas kerajaan Babel modern yang anti-Kristen (Wahyu 18:8, 10, 19). Selanjutnya, kejatuhan Babel akhir zaman akan lebih mengerikan dan lebih spektakuler dibandingkan dengan Babel zaman dulu.
Perlu dilihat bahwa ketika Yohanes menggambarkan pertemuan kekuatan-kekuatan politik menuju Armagedon pada bala keenam, yang mengumumkan pengeringan sungai besar Efrat secara tiba-tiba (Wahyu 16:12-16), ia menggambarkan di bawah bala ketujuh tidak lain daripada kehancuran final atas Babel (ayat 17-21). Ini secara jelas menunjukkan bahwa Armagedon dan kebinasaan Babel akhir zaman adalah identik.