Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: “Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murkaNya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Wahyu 14:9, 10.
[AkhirZaman.org] Sampai saat ini, mereka yang mengajarkan kebenaran-kebenaran dari pekabaran malaikat ketiga seringkali dianggap hanya sebagai orang-orang yang membunyikan tanda bahaya. Ramalan-ramalan mereka bahwa intoleransi agama akan memegang kendali di Amerika Serikat, bahwa gereja dan negara akan bersatu menganiaya umat yang memelihara hukum-hukum Allah, telah disebut-sebut sebagai ramalan yang tidak berdasar dan konyol…… Namun karena tuntutan pemaksaan pemeliharaan hari Minggu sedang disebarluaskan, maka peristiwa yang diragukan dan tidak diyakini itu tampaknya sedang mendekati kegenapannya, dan pekabaran malaikat ketiga itu akan menghasilkan suatu pengaruh sebagaimana yang belum pernah tampak sebelumnya……
Orang-orang yang beriman dan pendoa akan dihambat untuk menyebarluaskan dengan semangat yang suci perkataan-perkataan yang Allah berikan kepada mereka. Dosa-dosa Babel akan dibentangkan secara terbuka. Akibat-akibat yang mengerikan dari pemaksaan peribadatan-peribadatan gereja oleh otoritas sipil, serangan-serangan spiritualisme, pertumbuhan yang diam-diam namun cepat dari kuasa kepausan—semuanya ini akan diungkapkan. Oleh amaran-amaran yang serius ini orang-orang akan diarahkan…… Tatkala orang-orang itu pergi kepada para guru mereka yang dahulu dengan penyelidikan yang bersemangat, Apakah perkara-perkara ini memang demikian halnya? maka para pendeta itu akan mengajarkan dongeng-dongeng, menubuatkan hal-hal yang lembut, untuk meredakan ketakutan mereka dan mendiamkan kesadaran nurani yang bangkit. Tetapi karena banyak dari antara mereka itu merasa tidak puas dengan sekadar otoritas manusia dan menuntut suatu pernyataan yang jelas atas “Demikianlah firman Tuhan”, maka para pendeta yang populer ini, sebagaimana layaknya orang-orang Farisi di masa lalu, dengan dipenuhi amarah oleh sebab otoritas mereka dipertanyakan, akan menyatakan bahwa pekabaran itu berasal dari Setan dan akan menggerakkan orang banyak yang mencintai dosa untuk mencemooh dan menganiaya mereka yang menyebarkannya.
Ketika pertentangan ini meluas pada bidang-bidang yang baru dan pikiran orang-orang dipanggil kepada hukum Allah yang sudah diinjak-injak itu, maka Setan pun sibuk. Kuasa yang menguatkan pekabaran itu hanya akan menjengkelkan orang-orang yang menentangnya. Dinas kependetaan akan mengerahkan usaha-usaha luar biasa untuk menolak terang agar ia itu tidak menyinari domba-domba mereka. Dengan segala sarana di bawah kendali mereka, para pendeta ini akan berjuang menaklukkan diskusi atas pertanyaan-pertanyaan penting. Gereja mengajak kepada lengan kuat kuasa sipil, dan, dalam pekerjaan ini, umat kepausan dan Protestan pun bersatu.