Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami. II Kor 4:17
[AkhirZaman.org] Kita yang mengaku sebagai para pemelihara hukum Allah, dan sabagai umat yang mengaku memiliki terang yang lebih besar dan hidup menurut standar yang lebih tinggi daripada orang-orang lain di atas dunia ini, maka kita harus menunjukkan kesempurnaan tabiat yang lebih besar dan penyerahan diri yang lebih dalam, meninggikan hal-hal suci dan kekal. Suatu pekabaran paling khidmat telah dipercayakan kepada mereka yang telah menerima terang kebenaran, dan terang kita akan memancar dengan sinar yang benderang untuk menerangi jalan orang-orang yang berada dalam kegelapan, dan dengan demikian tiap hari memuliakan Allah dalam hidup kita.
Setiap anggota gereja mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri sebagai anggota gereja yang dapat dilihat, dan seorang pekerja dalam kebun anggur Tuhan, serta harus berusaha sekuat tenaga untuk memelihara keserasian, persekutuan, dan kasih dalam gereja. . . .
Kenyataan yang tidak dapat ditahan dan dilawan oleh dunia, bahwa Allah telah mengutus Yesus ke dunia ini sebagai Penebus, terdapat pada keesaan gereja. Kesatuan dan keselarasannya adalah uraian yang meyakinkan. Karena itu setan selalu bekerja mencegah keselarasan dan kesatuan ini, sehingga dengan menyaksikan percekcokan, perselisihan, dan pertikaian, orang-orang yang tidak percaya akan merasa jijik terhadap Kekristenan, dan terpaut pada keadaan tidak percaya serta tidak setia. Allah dihina oleh orang-orang yang mengakui kebenaran sedangkan mereka berselisih satu dengan yang lain.
Jikalau pengakuan kita. . . untuk memiliki kebanaran yang lebih besar daripada yang dimiliki gereja-gereja lain tidak menuntun pada penyerahan diri yang lebih dalam, dan kehidupan yang lebih murni dan lebih kudus, apakah faedahnya kebenaran ini bagi kita? Lebih baik bagi kita jikalau kita tidak pernah melihat terang kebenaran, daripada mengaku menerimanya, dan tidak disucikan olehnya.
Untuk menentukan betapa besar suatu masalah terlibat dalam pertobatan satu jiwa dari kesalahan kepada kebenaran, maka kita harus menghargai nilai kekekalan, kita harus marasakan nyerinya kematian yang kedua. Kita harus mengerti kehormatan dan kemuliaan yang menunggu orang yang ditebus, dan memahami apa artinya tinggal di hadirat Dia yang mati agar la boleh meninggikan, mengagungkan, dan mengaruniakan mahkota kerajaan kepada orang yang menang.
Nilai satu jiwa tidak dapat ditaksir sepenuhnya. Betapa bersyukur nanti orang-orang yang ditebus dan dimuliakan itu mengingat akan mereka yang telah menjadi perkakas dalam keselamatan mereka. Tidak ada orang yang akan melupakan pekerjaan penyangkalan dirinya sendiri, usahanya yang tidak mengenal lelah, kesabarannya, katabahannya, dan kesungguh-sungguhan hatinya yang merindukan jiwa ini yang dapat hilang dari Yesus Kristus, sekiranya ia lalai dalam kewajibannya atau manjadi letih melakukan hal yang baik.—Naskah 1, 18 Pebruari 1880, ”Kesulitan-kesulitan Sidang.”