“Firman itu telah rnenjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yohanes 1:14, 16).
[AkhirZaman.org] Orang mungkin mengira bahwa Kristus, oleh sebab la adalah Anak Allah, maka ia tidak ditimpa pencobaan-pencobaan sama seperti anak-anak sekarang. Kitab Suci mengatakan la dicobai dalam segala perkara sama seperti kita dicobai.—The Youth’s Instructor, April 1873.
Tuhan tidak menjadikan manusia untuk ditebus, tetapi untuk membawa citra-Nya. Tetapi melalui dosa, manusia kehilangan citra Allah. Hanyalah dengan penebusan manusia sehingga Allah dapat menyelesaikan rancangan-Nya bagi manusia itu dalam menjadikannya seorang anak Allah.
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya: orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yohanes 1:12-16). Oleh sebab tebusan yang dibayarkan untuk dia, oleh pilihannya sendiri, oleh penurutannya, manusia dapat menyelesaikan rancangan Allah, dan melalui kasih karunia yang dlberikan Allah membawa citra yang pertama diletakkan padanya, dan kemudian hilang melalui kejatuhan. . . .
Guru besar itu datang ke dalam dunia kita, bukan hanya untuk mengadakan perdamaian karena dosa melainkan untuk menjadi seorang guru baik dengan peraturan dan teladan. la datang untuk menunjukkan kepada manusia bagaimana memelihara hukum dalam kemanusiaan, sehingga dengan demikian manusia tidak ada maaf karena mengikuti pertimbangannya sendiri yang bercacat cela. Kita melihat penurutan Kristus.
Kehidupan-Nya adalah tanpa dosa. Penurutan-Nya seumur hidup merupakan teguran kepada manusia yang durhaka. Penurutan Kristus tidak boleh dikesampingkan karena semuanya berbeda dengan penurutan yang diwajibkan-Nya bagi kita secara pribadi. Kristus telah menunjukkan pada kita bahwa adalah mungkin bagi semua manusia untuk menurut hukum-hukum Allah. . . .
(3 SM 134, 135)