“Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu” (Amsal 3:21).
[AkhirZaman.org] Kaum laki-laki yang sakit-sakitan seringkali memenangkan kasih sayang dari kaum perempuan yang sehat, dan karena mereka saling mengasihi satu sama lain, mereka merasa diri mereka berada dalam kebebasan yang sempurna untuk menikah, dan tidak mempertimbangkan bahwa oleh persatuan mereka itu sang istri pasti menjadi menderita, sedikit banyaknya, karena sang suami yang berpenyakit. Ada banyak peristiwa di mana sang suami yang berpenyakit memperbaiki kesehatannya, sementara sang istri terkena penyakit suaminya. la hidup banyak dari kekuatannya, dan segera sang istri mengeluh karena penurunan kesehatannya. la menambah umurnya dengan mengurangi umur istrinya. Mereka yang menikah seperti itu melakukan dosa sehubungan dengan kesehatan dan kehidupan yang diberikan Allah bagi mereka untuk digunakan bagi kemuliaan-Nya. Tetapi jika mereka yang dengan cara itu memasuki hubungan pernikahan dibiarkan menanggung sendiri akibatnya, dosa itu tidak akan demikian besar. Keturunan mereka dipaksa untuk menderita oleh penyakit yang diturunkan kepada mereka. Dan banyak yang menyalahkan Allah karena beban kemalangan manusia ini, ketika tindakan mereka yang salah menimbulkan hasil yang nyala. Mereka sudah memunculkan bagi masyarakat suatu ras yang lemah, dan menciutkan ras manusia, oleh menyerahkan warisan penyakit, dan karenanya menambah penderitaan manusia.
Alasan lain kekurangan dari generasi sekarang dalam hal kekuatan fisik dan nilal moral, adalah, ketika laki-laki dan perempuan menikah tetapi usia mereka jauh berbeda. Seringkali terjadi bahwa kaum pria yang sudah tua menikah dengan wanita yang masih muda. Oleh melakukan pernikahan sepeni itu hidup dari sang suami serlngkali menjadi lebih lama, sementara sang istri sudah harus merasakan kekurangan tenaganya yang ia sudah berikan kepada suaminya yang sudah tua. Bukanlah tugas dari tiap wanita untuk mengorbankan kehidupan dan kesehatan, meskipun ia sangat mengasihi yang lebih tua daripada dirinya sendiri, dan merasa mau melakukan bagiannya untuk membuat pengorbanan seperti itu. la seharusnya memberikan batas bagi tindakan-tindakan kasihnya. la memiliki pertimbangan yang lebih tinggi daripada minatnya sendiri untuk dikonsultasikan. la seharusnya mempertimbangkan, jika anak-anak terlahir bagi mereka, bagaimana kondisi mereka nanti? Masih lebih buruk lagi jika kaum laki-laki menikah dengan perempuan yang lebih tua daripada mereka sendiri. Dalam banyak peristiwa keturunan dari pasangan seperti itu, di mana usianya berbeda jauh, belum memiliki pemikiran yang seimbang. Mereka juga kekurangan kekuatan fisik. Dalam keluarga seperti itu sudah seringkali muncul beragam jenis tabiat yang aneh dan seringkali menyakitkan. Keturunan mereka seringkali mati secara prematur, dan yang mencapai tingkat dewasa, dalam banyak peristiwa, kekurangan kekuatan fisik dan mental, serta nilai moral.
( 2 SM 425, 424)