“Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah (Yesaya 35:3).
[ Menjelang akhir lahun 1891, Ellen G. White, dalam tanggapan terhadap suatu permohonan dari GC, mengadakan perjalanan ke Australia untuk membantu dalam menguatkan pekerjaan yang baru saja didirikan di sana.
Perjalanan muhibah itu berlangsung sampai sembilan tahun. Segera setelah tiba di sana ia ditimpa dengan penyakit berkepanjangan dan menyengsarakan. Hal-halyang berikut mencatat ketabahannya dalam kesusahan ini. Ambil catatan tentang pelajaran pelajaran yang ia pelajari dari pengalaman ini—PENYUSUN. ]
[AkhirZaman.org] Setiap surat telah diambil dari satu sampai dua ratus halaman dari tangan saya, dan kebanyakan dari padanya telah ditulis baik ketika saya sekarang ditopang dengan bantal di atas tempat tidur, setengah duduk atau setengah berbaring, maupun ditopang supaya duduk tegak di sebuah kursi yang tidak nyaman.
Terasa sangat sakit pada pinggul saya dan pada bagian bawah tulang punggung saya untuk duduk tegak. Jika sekiranya kursi yang nyaman seperti itu dapat ditemukan di negara Australia ini seperti yang ada di rumah sakit, satu akan segera saya beli, jika harganya tiga puluh dolar . . . . Adalah dengan susah payah sehingga saya dapat duduk tegak dan mengangkat kepala saya. Saya harus meletakkannya pada bagian belakang kursi itu di atas bantal-bantal, setengah berbaring. lnilah kondisi saya saat ini.
Tetapi saya tidak putus asa sama sekali. Saya merasa bahwa saya ditopang setiap hari. Pada jam-jam panjang yang melelahkan di waktu malam, ketika tidur tidak lagi dipertanyakan, saya mengabdikan sebagian besar waktu saya untuk berdoa; dan ketika setiap saraf tampaknya mengendur karena rasa sakit, ketika jika saya memikirkan diri saya sendiri, tampaknya saya akan menjadl kalut, maka damai sejahtera Kristus masuk ke dalam hati saya dalam ukuran sedemikian rupa sehingga saya telah diisi dengan rasa syukur dan terima kasih. Saya mengetahui bahwa Yesus mengasihi saya, dan saya mengasihi Yesus. Beberapa malam saya tidur tiga jam saja, beberapa malam empat jam, dan kebanyakan waktu itu hanya duajam, namun pada malam-malam yang panjang di Australia, dalam kegelapan, semua tampaknya terang sekelillng saya, dan saya menikmati persekutuan yang manis dengan Allah.
Ketika pertama kali saya mendapati diri saya sendiri dalam keadaan tak berdaya saya sangal menyesal telah melintasl lautan yang luas. Mengapakah saya tidak berada di Amerika? Mengapakah dengan biaya yang begitu mahal saya berada di negara ini?
Berulang kali saya hanya dapat membenamkan wajah saya dalam selimut di tempal tidur dan menangis dengan baik. Tetapi saya tidak lama-lama memanjakan air mata.
( 2 Sm 255, 254)