“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur; demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:4,5).
[AkhirZaman.org] Keadilan menuntut bahwa dosa bukan hanya diampuni, tetapi hukuman mati harus dilaksanakan. Allah, dalam pemberian Anak-Nya yang tunggal, memenuhi kedua tuntutan ini. Dengan mati mengganti manusia, Kristus menghapuskan hukuman dan menyediakan pengampunan. Manusia melalui dosa telah terpisah dari kehidupan Allah. Jiwanya menjadi lumpuh melalui akal bulus Setan, pencipta dosa. Terhadap dirinya sendiri ia tidak mampu merasakan dosa, tidak mampu menghargai dan menyesuaikan diri dengan sifat llahi. Sekiranya dibawa ke dalam jangkauannya tidak ada yang di dalamnya yang dirindukan hati alamiahnya. Kuasa Setan yang mempesonakan ada padanya. Semua dalih yang penuh akal yang iblis dapat anjurkan disajikan pada pikirannya untuk mencegah setiap dorongan yang baik. Setiap kemampuan dan kuasa yang diberikan padanya dari Allah telah digunakan sebagai senjata melawan dermawan llahi. Jadi, walaupun la mengasihi manusia itu, Allah tidak dapat memberikan padanya pemberian-pemberian dan berkat-berkat yang la ingin curahkan dengan aman.
Tetapi Allah tidak akan dikalahkan oleh Setan. la mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, supaya melalui dikenakan-Nya wujud dan sifat manusia, kemanusiaan dan Kellahian yang digabung di dalam Dia akan mengangkat manusia dalam skala nilai moral dengan Allah.
Tidak ada jalan lain untuk keselamatan manusia. “…Di luar Aku,…” kata Kristus, “…kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:5). Melalui Kristus, dan Kristus sendiri saja, mata air kehidupan dapat menguatkan sifat manusia, mengubah seleranya, dan menetapkan kasih sayangnya mengalir ke arah surga. Melalui persatuan llahi dengan sifat manusia Kristus dapat menerangi pengertian dan menanamkan milik-Nya yang memberi hidup melalui jiwa yang mati dalam pelanggaran dan dosa.
Bilamana pikiran ditarik ke salib Kalvari, Kristus dengan penglihatan yang tidak sempurna dilihat di atas salib yang memalukan. Mengapa Ia mati? Akibat dosa. Apakah dosa itu? Pelanggaran hukum. Barulah mata terbuka untuk melihat sifat dosa itu. Hukum dilanggar tetapi tidak dapat mengampuni si pelanggar. Itu adalah guru sekolah kita, menuduh untuk hukuman. Di manakah obatnya? Hukum mengarahkan kita kepada Kristus, yang digantung di atas salib supaya la dapat memberikan kebenaran-Nya kepada manusia yang jatuh dan berdosa dan dengan demikian mempersembahkan manusia kepada Bapa-Nya dalam tabiat-Nya yang benar.