“Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan Ilahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia” (Kisah 17:29).
[AkhirZaman.org] “… Hai orang-orang Atena,” katanya, “aku melihat bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal.
Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu. Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, la, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, dan juga tidak dilayani oleh tangan manusia, seolah-olah la kekurangan apa-apa, karena Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. Dari satu orang saja la telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan la telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun la tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga. Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan llahi sama seperti emas atau perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia” (Kisah 17;22-29).
Mereka yang memiliki pengetahuan yang benar tentang Allah tidak akan menjadi begitu gandrung dengan hukum-hukum permasalahan atau pekerjaan-pekerjaan alam sehingga mengabaikan, atau tidak mau mengetahui, kesinambungan pekerjaan Allah di alam. Alam bukanlah Allah, atau pernah sebagai Allah. Suara alam menyaksikan tentang Allah, tetapi alam bukanlah Allah. Sebagai pekerjaan ciptaan-Nya, alam itu menyaksikan tentang kuasa Allah. Keallahan adalah asal usul alam. Di dalamnya sendiri, dunia alamiah tidak ada kuasa, kecuali yang Allah berikan. Ada oknum Allah, yaitu sang Bapa, ada oknum Kristus, yakni sang Anak. Dan “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini la telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah la tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. la adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah la selesai mengadakan penyucian dosa, la duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi” (lbrani 1:1-3).