[AkhirZaman.org] Abram adalah anak Terah, dan tinggal di negeri Haran. Isterinya bernama Sarai, dia adalah wanita yang mandul dan tidak mempunyai anak (Kejadian 11:26, 31). Terah adalah penyembah berhala, tetapi Abraham tidak seperti bapanya. Oleh karena itu Tuhan memanggilnya keluar dari negeri itu, meninggalkan kaum keluarganya, dari rumah bapanya untuk pindah ke negeri Kanaan.
Waktu itu semua orang menyembah berhala, karena setelah terjadinya air bah pada zaman Nuh, manusia telah lupa dengan nama Allah, tidak ingat siapa yang menciptakan manusia dan bumi ini. Tetapi dalam pikiran mereka selalu teringat bahwa harus ada yang patut untuk disembah dan dihormati.
Karena telah lupa dengan nama Allah itu maka mereka mencari sendiri apa yang bisa untuk mereka sembah. Ada yang menyembah pohon-pohon yang besar dan rindang, ada yang menyembah batu yang besar, ada yang menyembah gunung-gunung yang tinggi dan sebagaimana menurut pilihan mereka sendiri.
Banyak pula yang menyembah binatang-binatang, bulan, dan kebanyakan mereka menyembah matahari sebab matahari itulah yang lebih besar, lebih berguna, dan lebih banyak memberikan kehidupan kepada tumbuhan, hewan dan manusia.
Untuk menyembah sesuatu itu mereka membuat patung dan gambar-gambar yang disebut berhala. Itulah sebabnya Terah (bapa dari Abram) dan orang-orang dalam negeri itu menyembah berhala-berhala itu.
Tetapi Abram merasa bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah suatu perbuatan yang tidak masuk akal karena semuanya itu dibuat oleh tangan manusia itu sendiri, dan tidak patut untuk menyembah yang dibuat oleh tangan manusia.
Dalam pemikirannya, yang patut untuk disembah adalah Oknum yang menciptakan manusia, bumi, langit, dan alam semesta ini. Itulah perbedaan pandangan dan pikiran antara Abram dengan kedua orangtuanya dan orang-orang senegerinya. Karena itu Abram mengambil keputusan untuk keluar dari negerinya dan rumah bapanya sesuai dengan perintah Tuhan (Kejadian 12:1-4).
Abram pergi ke Sikhem bersama-sama dengan Sarai, isterinya yang mandul itu. Di sana ia membuat mezbah untuk berdoa dan beribadah kepada Tuhan (ayat 6-8). Setelah itu Abram berkeliling di gunung sekitar tempat itu, dan di mana pun ia tinggal didirikannya mezbah untuk berdoa dan beribadah kepada Tuhan.
Setelah Abram dan Sarai berjalan ke arah Selatan, timbullah bala kelaparan yang parah sehingga membuat Abram terpaksa pergi ke negeri Mesir untuk menumpang hidup (Kejadian 12:10). Dalam perjalanan ke Mesir itu Abram menyadari bahwa Sarai begitu cantik dan akan rentan diambil oleh Firaun, Raja Mesir, untuk dijadikan permaisurinya.
Dalam kondisi ini Abram menunjukkan kekurangpercayaan kepada Tuhan ketika bermufakat dengan Sarai untuk melakukan kebohongan, yaitu kalau ada orang yang menanyakan mengenai hubungan mereka berdua, untuk tidak mengatakan bahwa mereka adalah suami isteri. Melainkan mengatakan bahwa Sarai adalah adik dari Abram karena dia takut akan dibunuh jika mereka menyadari bahwa Sarai adalah isterinya (ayat 13).
Permufakatan itu diterima dengan baik oleh Sarai karena memang sesungguhnya dia masih anak Terah, ayahnya, namun berbeda ibu (Kejadian 20:12). Tetapi bagaimana pun juga itu tetaplah sebuah kebohongan karena mereka berdua tidak mengatakan fakta yang lebih benar.
Setelah Abram tiba di Mesir, terlihatlah oleh orang Mesir bahwa Sarai begitu cantik. Lalu salah seorang menteri Firaun melaporkan kecantikan Sarai kepada Firaun serta dipuji-pujinya akan kecantikan Sarai. Lalu timbullah dalam pikiran Firaun untuk mengambil Sarai menjadi permaisurinya oleh karena Abram telah berkata bahwa Sarai adalah adiknya.
Abram mendapatkan banyak hadiah dari Firaun berupa kambing, domba, keledai, unta, hamba laki-laki dan perempuan karena Firaun akan menikahi Sarai. Tetapi Tuhan memberikan bala besar ke atas Firaun dan seisi istananya. Karena itu Firaun memerintahkan Abraham dan Sarai untuk pergi dari Mesir ketika dia tahu bahwa bala besar itu datang dari Tuhan oleh karena dia hendak menikahi Sarai yang adalah isteri Abram. Segera sesudah itu Abram dan Sarai meninggalkan Mesir dengan membawa segala harta dan hamba-hamba yang diberikan oleh Firaun kepadanya (Kejadian 12:11-20).
Abram kembali ke tempatnya yang semula di Sikhem dan menjadi orang yang kaya raya dengan harta dan hamba-hamba yang diberikan oleh Firaun. Karena Abram dan Sarai percaya kepada Tuhan yang akan memelihara mereka dari segala kesusahan dan segala kesulitan hidup, maka sebagai balasan imannya yang begitu teguh itu Abram mendapat harta benda dari Firaun dan Tuhan melindungi Sarai dan Abram dari kejahatan yang akan dilakukan oleh Firaun tersebut.
Meskipun Abram sempat melakukan dosa dan menunjukkan ketidakpercayaannya kepada Tuhan ketika berbohong kepada Firaun bahwa Sarai adalah adiknya, namun Abram memiliki iman yang selalu menyerahkan dirinya dan segala kesulitan hidupnya kepada Tuhan. Sehingga ini baik untuk menjadi contoh dan teladan bagi kita di zaman ini, bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan dan tetap melindungi segala orang yang percaya kepadanya dan berserah kepadanya.