Bahaya Mengincar Langkah Orang Muda Melalui Festival dan Pertunjukan Teatrikal Dalam Gereja.
[AkhirZaman.org] “Kematian, yang hadir dalam rupa pakaian Surga, mengincar jalan orang muda. Dosa ditutupi dengan kekudusan gereja. Berbagai bentuk hiburan di dalam gereja-gereja di zaman kita telah menghancurkan ribuan orang, yang bagi mereka mungkin tetap benar dan tetap menjadi pengikut Kristus. Kerusakan tabiat telah dilakukan oleh festival-festival dan pertunjukan-pertunjukan teatrikal gereja-gereja modern, dan ribuan orang akan musnah; namun orang-orang tidak akan menyadari akan bahayanya, tidak juga pengaruh-pengaruhnya yang menakutkan. Banyak orang muda, laki-laki dan perempuan, telah kehilangan jiwa mereka melalui pengaruh-pengaruh yang merusak ini.”—Review, 21 November 1878.
Nasehat kepada Pelajar Tentang Bahaya Teater dan Pertunjukan (Bioskop)
“Yang termasuk wilayah kesenangan yang paling berbahaya adalah teater. Bukannya menjadi sekolah moralitas dan kebajikan, sebagaimana yang sering diakui demikian, teater adalah tempat ketidakbermoralan yang terpanas. Kebiasaan-kebiasaan jahat dan kecenderungan-kecenderungan berdosa diperkuat dan didukung oleh hiburan-hiburan ini. Lagu-lagu rendahan, isyarat-isyarat kotor, ungkapan-ungkapan dan sikap-sikap, menurunkan imajinasi dan menghina moral. Setiap orang muda yang memiliki kebiasaan menonton pertunjukan seperti itu akan merosot dalam prinsipnya. Tidak ada pengaruh di negeri ini yang lebih berkuasa untuk meracuni imajinasi, menghancurkan kesan-kesan rohani, dan menumpulkan kesenangan akan hidup dan kenyataan hidup yang tenang, selain hiburan-hiburan teatrikal. Kecintaan akan adegan-adegan meningkatkan setiap pemanjaan, seperti keinginan akan minuman beracun akan memperkuat penggunaannya. Satu-satunya jalan aman adalah menjauhi teater, sirkus,dan setiap tempat hiburan yang meragukan.”—Testimonies, Vol. 4, hlm. 652, 653.
Drama dan Teater dan Hiburan-Hiburan Duniawi Tidak Membantu Penyembuhan Orang Sakit
“Hiburan-hiburan teatrikal atau duniawi tidak mendasar bagi kesejahteraan dan kesehatan para pasien. Semakin banyak mereka memiliki kesenangan semacam ini, semakin sedikit mereka akan merasa senang kecuali jika hal semacam ini terus menerus diadakan. Pikiran ini sedang dalam keadaan demam keresahan akan sesuatu yang baru dan menggembirakan, sesuatu yang justru tidak boleh dimiliki (oleh pasien). Dan jikalau hiburan-hiburan ini sekali saja diizinkan, maka orang akan terus berharap, dan pasien akan kehilangan kesukaan akan pengaturan cara menghabiskan waktu secara sederhana.”—Testimonies, Vol. 4, hlm. 578.
Nasihat Bagi Para Artis Yang Sering Menghabiskan Waktunya Hingga Larut Malam Dalam Pekerjaan dan Hiburan
“Teater adalah tempat buruk untuk memperkuat prinsip-prinsip kebajikan. Sebaliknya, pengaruhnya sangat berbahaya baik kepada kesehatan maupun moral. Adalah tidak baik kehilangan waktu tidurnya dari malam ke malam hingga jam dua atau tiga pagi, dan kemudian menghabiskan sebagian besar siang hari untuk tidur. Aturan yang telah ditetapkan Ilahi tentang siang dan malam hari diabaikan, kesehatan dikorbankan, demi hiburan bagi orang-orang yang lebih mencintai kesenangan daripada mencintai Tuhan. Akibatnya adalah merendahkan moral bagi semua yang terlibat. Dua atau tiga malam seminggu yang dihabiskan untuk menghadiri pesta, atau pertunjukan opera atau teater, akan melemahkan baik pikiran maupun tubuh, dan mencegah perkembangan kekuatan tabiat yang mendasar dan bermanfaat bagi masyarakat. Satu-satunya hiburan yang aman adalah yang tidak mengasingkan pemikiran keyakinan yang sungguh-sungguh; satu-satunya tempat yang aman adalah tempat di mana kita dapat membawa Yesus bersama kita.”—Review, “Notes of Travel,” 6 November 1883.
Pelajaran Dari Kemurtadan Israel Dalam Peristiwa Baal-Peor (Bilangan 25)
Tampak dalam bahan dari bab yang berjudul “Apostasy at the Jordan” (Kesesatan di Yordan), dalam buku Patriarchs and Prophets (Para Nabi dan Bapa), bahwa orang-orang Kristen dapat menjadi rusak melalui pertunjukan drama sebagaimana bangsa Israel kuno di Baal-peor. Pemujaan di kuil Baal-peor dalam bentuk drama memikat anak-anak Israel menuju kompromi yang mematikan. Apakah ada perbedaannya pada hari ini? Kita diperingatkan:
“Banyak kesenangan-kesenangan yang populer di dunia sekarang ini, bahkan bagi orang-orang yang mengaku diri orang Kristen sekalipun, cenderung memiliki akhir yang sama seperti kesenangan kafir. Sesungguhnya hanya sedikit dari hiburan tersebut yang tidak diperhitungkan oleh Setan untuk menghancurkan jiwa-jiwa. Melalui drama, ia bekerja di berbagai zaman untuk menggairahkan nafsu dan memuja kejahatan. Opera, dengan pertunjukan yang mempesona dan musik yang membingungkan, pesta topeng, tari-tarian, meja kartu, Setan menggunakan semuanya ini untuk menghancurkan batasan-batasan prinsip dan membuka pintu bagi kemanjaan sensual. Dalam setiap pertemuan demi kesenangan yang mendorong keangkuhan atau memanjakan selera, dimana orang digiring untuk melupakan Tuhan dan kehilangan pandangan akan minat kepada perkara-perkara yang kekal, di sana Setan mengikatkan rantainya di sekeliling jiwa-jiwa.”—Patriarchs and Prophets, hlm. 459. (Para Nabi dan Bapa)
Hindarkan Teatrikal dan Drama Dalam Kelas Pendalaman Alkitab
“Dalam kelas-kelas pendalaman Aliktab, pria dan wanita diterima sebagai pejabat dan guru-guru, yang tidak memiliki pikiran rohani, dan tidak menghidupkan minat dalam pekerjaan yang diberikan kepada mereka; namun hal-hal ini dapat diatur menjadi baik hanya melalui bantuan Roh Kudus. Kejahatan yang sama telah terjadi bertahun-tahun sebagaimana yang ada di dalam gereja. Formalitas, kebanggaan, dan kesenangan akan pertunjukan telah mengambil alih kesetiaan yang sejati dan kesalehan yang sederhana. Kita dapat melihat suatu keteraturan yang berbeda jikalau saja orang-orang mengasingkan dirinya sepenuhnya bagi Tuhan, dan kemudian membaktikan talenta mereka dalam kelas-kelas pendalaman Alkitab, selalu bertambah dalam pengetahuan, dan mendidik dirinya sendiri sehingga mereka akan dapat mengajar orang lain dengan metode terbaik untuk diterapkan di dalam pekerjaan ini; akan tetapi para pekerja tidak perlu mencari metode-metode untuk membuat pertunjukan, menghabiskan waktu dalam pertunjukan-pertunjukan teater dan musik, karena ini tidak memberi manfaat bagi siapapun. Tidak baik bagi anak-anak untuk dilatih untuk berpidato dalam acara khusus. Mereka harus dimenangkan kepada Kristus, dan sebagai ganti dari menghabiskan waktu, uang, dan usaha untuk membuat sebuah pertunjukan, biarlah seluruh usaha dilakukan untuk mengumpulkan hasil panenan.”–Fundamentals of Christian Education, hlm. 253.
“Kebanggaan, kekaguman akan diri sendiri, dan keberanian adalah ciri-ciri nyata anak-anak masa kini, dan ini semua adalah kutukan bagi zaman ini. Ketika melihat hal yang tidak sesuai dengan Kristus ini, pernyataan yang tanpa kasih dalam segala sisinya, dan kemudian melihat para orangtua dan guru-guru, yang berusaha mempertunjukkan kemampuan dan pengetahuan anak-anak dan para murid mereka, saya merasakan kepedihan di dalam hati; karena ini adalah jalan yang berlawanan dengan jalan yang harus kita tempuh.”
Akal Dikacaukan oleh Pertunjukan-pertunjukan Teater.
“Pekerjaan Setan adalah menggiring manusia untuk mengabaikan Tuhan, memikat dan menyerap pikiran sehingga Tuhan tidak ada di dalam pikiran mereka. Pendidikan yang mereka terima memiliki watak mengacaukan pikiran, dan menutupi terang yang sejati. Setan tidak menginginkan agar orang-orang memiliki pengetahuan tentang Tuhan; dan ia akan sangat puas jikalau ia dapat mengadakan permainan-permainan dan pertunjukan-pertunjukan teatrikal yang akan mengacaukan akal orang orang muda, sehingga manusia akan musnah dalam kegelapan sementara terang bersinar di sekeliling mereka.”—Review, 13 Maret 1900.
Peringatan tentang Membaca [menonton film] Fiksi [drama].
“Setan mengetahui bahwa pikiran sangat dipengaruhi oleh apa yang dimasukkan ke dalamnya. Ia berusaha menggiring baik orang muda maupun orang dewasa untuk membaca [menonton] buku-buku cerita, kisah-kisah dan karya sastra lainnya [film-film]. Para pembaca [penonton film] dari karya sastra seperti itu [drama] menjadi tidak siap dengan kewajiban yang terletak di hadapan mereka. Mereka hidup dalam kehidupan yang tidak nyata, dan tidak memiliki keinginan untuk meneliti Kitab Suci, untuk makan manna surgawi. Pikiran yang membutuhkan penguatan menjadi dilemahkan, dan kehilangan kuasanya untuk mempelajari kebenaran-kebenaran agung yang menghubungkan misi dan pekerjaan Kristus—kebenaran yang akan membentengi pikiran, membangunkan imajinasi dan menyalakan hasrat yang tulus dan kuat untuk menang sebagaima-na Kristus telah menang.”
“Jikalau saja sejumlah besar buku-buku [drama] yang diterbitkan [dipentaskan] dilahap, sebuah bencana akan tetap tinggal yang melakukan pekerjaan yang mengerikan pada pikiran dan hati. Kisah-kisah cinta, kisah-kisah [film-film] yang menggairahkan dan sembrono, dan bahkan kelas buku-buku [film-film] yang disebut NOVEL KEAGAMAAN [film rohani]—buku-buku [film-film] yang di dalamnya si penulis [sutradara] menempelkan suatu pesan moral,–adalah sebuah kutukan kepada para pembacanya [para penontonnya]. Perasaaan-perasaan keagamaan barangkali dijalin di sepanjang buku cerita [film] itu, namun dalam sebagian besar kasus, Setan yang berjubah malaikat, semakin efektif dalam menipu dan memikat. Tidak ada orang yang begitu kuat dalam prinsip-prinsip yang benar, tidak ada orang yang begitu aman dari pencobaan, sehingga mereka terlindungi ketika membaca [menonton] kisah-kisah [film-film] ini.”–Youth Instructor, 9 Oktober 1902.