[AkhirZaman.org] Dalam pembahasan terakhir dalam artikel ARTI KEBENARAN BAIT SUCI (1) kita dihadapkan pada beberapa pertanyaan: “Mengapa ajaran tentang Bait Suci sebagai ajaran Kristen menjadi misteri bagi banyak orang? Mengapa bagi begitu banyak orang ajaran ini menjadi halangan yang begitu sulit, rumit dan seringkali tidak menarik dalam rantai pelajaran Alkitab yang dipelajari oleh seseorang, sehingga sangat jarang dipelajari?”
Barangkali karena penekanan seringkali diberikan lebih pada bayangan dari gambaran Perjanjian Lama daripada terang matahari siang hari yang dijelaskan dalam Perjanjian Baru. Barangkali karena ajaran tentang Bait Suci telah dianggap lebih sebagai pokok bahasan yang harus dipelajari daripada sebuah kebenaran yang harus dialami. Barangkali karena rincian-rincian dasar diulang-ulang, sehingga memberi kesan bahwa tidak ada lagi yang harus dipelajari.
Sebagai contoh, memperlakukan ajaran tentang Bait Suci sebagaimana yang dilakukan sebagian besar ahli teologia atau penjelasan sistematis Protestan atau Katolik, tidak memberi sesuatu yang berbeda dan berkesan kepada pelajar dalam pemikiran mereka. Semata-mata meragukan perkataan bahwa Yesus adalah Imam Besar kita—bahwa Ia mengantarai siang dan malam bagi umat-Nya, bahwa pengorbanan-Nya di salib “membayar upah” bagi penebusan kita, bahwa Ia menyediakan pengampunan bagi dosa-dosa harian umat-Nya—adalah tidak cukup. Kebenaran-kebenaran agung ini adalah mendasar dalam memahami kebenaran Alkitab mengenai Bait Suci surgawi dan fungsi Tuhan kita sebagai Imam Besar. Namun pengamatan seperti ini, betapapun mulianya, belumlah cerita seluruhnya. Malah ini cenderung menyesatkan.
Ahli-ahli teologia liberal cenderung mengabaikan hal-hal yang adikodrati (supernatural) dan oleh karenanya menghentikan perhatian mereka tentang peranan Tuhan kita dalam rencana keselamatan di kayu salib. Mereka memandang Dia sebagai seorang guru yang agung yang mati untuk tujuan-Nya, suatu pertunjukan manusia yang brilian dengan atribut Ilahi. Namun, bagi mereka, tidak ada peranan imam besar (pengantara), tidak ada Bait Suci surgawi, tidak ada penghakiman yang akan datang, tidak ada Kedatangan Kedua.
Ahli-ahli teologia korservatif, kendati mereka mengakui keberadaan adikodrati Tuhan kita sebelum menjadi manusia dan bahwa Ia naik ke surga dan ditinggikan secara adikodrati, mereka juga cenderung, untuk tujuan-tujuan praktis, untuk berfokus secara hampir eksklusif kepada kematian-Nya. Sangat sedikit terdapat, bahkan dalam penelitian-penelitian yang mendalam tentang pekerjaan Yesus Kristus sekalipun, tentang tempat, tujuan, dan fungsi dari peranan-Nya sebagai Imam Besar, kecuali bahwa Ia ada di surga, duduk di sebelah kanan Tuhan, menjadi pengantara melalui doa-doa yang dilayangkanNya bagi umat-Nya. Memusatkan pada kematian Tuhan kita sementara mengabaikan peranan-Nya sebagai Imam Besar dan pengaruhnya bagi umat-Nya di bumi adalah sama artinya dengan salah memahami rencana penebusan.
Maka, mempelajari dan mempelajari kembali tentang beberapa kebenaran tanpa melihat gambaran yang seutuhnya akan sama saja dengan apa yang diperintahkan oleh si jahat. Dalam keadaan seperti ini, gantinya menjangkau orang seutuhnya dengan pengalaman, kebenaran-kebenaran sebagian hanya akan menjadi fakta yang harus dipelajari. Ketika sering-sering dikemukakan, pendengar yang penuh minat akan mendapati si pembicara atau penulis ini sangat membosankan, karena ia semata-mata mengatakan sesuatu yang telah nyata. Hal ini serupa dengan kebosanan dan ketidakberminatan seorang anak sekolah yang telah mengetahui aritmatika dasar namun harus menahan kesabaran atas latihan-latihan harian bagi mereka yang masih belum mengerti. Tidak ada yang lebih tidak memikat daripada mengulang-ulang sesuatu yang telah nyata. Namun yang lebih buruk lagi adalah jika para murid menganggap bahwa mengetahui cara berhitung tambah dan kurang adalah seluruh isi dunia matematika, dan bahwa mereka yang menggunakan angka-angka ini dalam bahasa yang disebut aljabar adalah memanjakan diri dalam spekulasi pribadi semata.
Tuhan tidak pernah bermaksud bahwa ajaran tentang Bait Suci harus menciptakan kebosanan, ketidak-acuhan, atau bahkan misteri. Itu bukanlah Tuhan yang mengesankan penulis Mazmur ketika menuliskan, “Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?” (Mazmur 77:14).
Bangsa Israel di padang belantara dapat mengangkat pandangan mereka dan melihat asap dari upacara korban harian naik ke surga dan keagungan terang kehadiran Tuhan yang dengan penuh kemuliaan menyirami Bilik Maha Suci. Bagi mereka Bait Suci bukanlah suatu topik yang membosankan. Itu adalah pusat dari kehidupan mereka.
Bagi orang Kristen, apa yang diajarkan dalam ajaran Bait Suci tentang Yesus haruslah juga menjadi pusat dalam pengalamannya, inti dari imannya, otot teologia yang hidup dan berdenyut yang memungkinkan adanya iman, pengharapan dan kasih.
Ketika orang-orang Kristen, dengan alasan apapun, menjadi kekurangan darah secara rohani, dan kehidupan itu sendiri menjadi membosankan, terbeban oleh rasa bersalah dan putus asa, dan diselimuti oleh kabut ketidakbermaknaan, maka pemulihan rohani akan dapat dipercepat ketika mereka menyegarkan diri mereka dengan kebenaran dari ajaran tentang Bait Suci.
Apakah itu kebenaran-kebenaran yang terbungkus dalam Bait Suci yang menghilangkan beban masa lalu, memberi kuasa untuk masa kini dan pengharapan untuk masa depan?
Sederhana saja, terima kasih Tuhan! Ajaran tentang Bait Suci menjelaskan apa yang telah dilakukan Tuhan bagi kita dan apa yang ingin dilakukan-Nya di dalam kita. Ia bukan saja membuat ketetapan untuk mengampuni dan membatalkan dosa-dosa kita; Ia sendiri membayar harga rekonsiliasi ini melalui kehidupan dan kematian Tuhan kita Yesus Kristus. Lebih dari pada itu, kepada semua orang yang sungguh-sungguh menerima ketetapan-Nya, Ia memberikan kasih karunia dan kuasa yang sama dengan kasih karunia dan kuasa yang telah menjaga Yesus agar tidak berdosa, sehingga Ia akan memiliki suatu umat yang benar-benar kudus, peringatan yang kekal akan kasih dan karunia. Kebenaran-kebenaran mulia ini akan kita gali dalam pelajaran-pelajaran selanjutnya.
“Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita” (Ibrani 9:24).
Catatan.
Sebagai contoh perhatian tentang penurunan minat kepada ajaran tentang Bait Suci, pengamatan-pengamatan berikut ini adalah sangat biasa: “Sebagian orang mungkin merasa bahwa kebenaran tentang Bait Suci adalah relevan 131 tahun yang lalu, namun ketinggalan zaman di masa sekarang ini. Barangkali inilah sebabnya mengapa terjadi penurunan dalam minat dan penelitian tentang Bait Suci akhir-akhir ini. Namun, Bait Suci dan pelayanannya harus selalu bermakna dan penting.”—J.A. McMillan, “Is the Sanctuary Truth Relevant To-day?” Review & Herald, 5 Juni 1975, hlm. 10.