“TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Kejadian 2:18
[AkhirZaman.org] Ketika kita mengingat dan sedikit merenungkan kembali tentang pernyataan di atas, kira-kira apa yang terlintas dalam benak anda? Telah dikatakan bahwa, “tidak baik jika anda hidup seorang diri saja! Aku (Tuhan) akan menjadikan seorang penolong bagimu, yang sepadan dengan engkau!”
Tentunya ada sebuah harapan besar bagi setiap manusia yang merasa diri rendah dan kesepian untuk hidup berpasangan. Jika anda adalah pria, itu artinya Tuhan telah menyediakan seorang wanita untuk menjadi pasangan hidup anda bersama yang akan anda cintai selama hidupmu. Demikian juga sebaliknya jika anda adalah wanita, Tuhan menyediakan seorang pria yang siap untuk melindungi, menyayangi dan memberikan cintanya sepenuhnya kepada anda.
Wow.. kabar gembira bukan? Adalah suatu janji yang indah yang Allah telah berikan bagi setiap manusia. Jika anda saat ini sedang patah hati dan sepertinya anda merasa segalanya sudah berakhir, sebaiknya anda pikirkan kembali baik-baik, apakah benar-benar hidup anda telah berakhir? Jika anda merasa “iya segalanya telah berakhir!” bukankah itu sesuatu yang sangat ironis dalam hidup anda?
“Allah yang mengadakan upacara pernikahan yang pertama. Dengan demikian jelas bahwa lembaga pernikahan berasal dari Pencipta alam semesta. “Pernikahan itu terhormat,” itu adalah satu di antara hadiah pertama dari Allah untuk manusia dan satu di antara dua lembaga yang dibawa Adam ketika ia diusir keluar dari taman Firdaus. Bilamana prinsip ilahi diakui dan dituruti, pernikahan adalah suatu berkat; itu menjaga kesucian dan kebahagiaan manusia, melengkapi kebutuhan pergaulan, meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan moral manusia.”–PP 46.
Rencana Allah yang mulia mengenai pernikahan dari sejak semula adalah begitu suci dan agung bagi manusia baik dihadapan Allah maupun seluruh alam semesta. Walaupun pada akhirnya manusia jatuh dalam dosa, dan kecenderungan manusia adalah jahat, Allah tetap rindu memulihkan kembali apa yang telah Ia ciptakan, sebuah lembaga pernikahan yang suci dan mulia dimana kasih itu sempurna dinyatakan di dalam kondisi dunia yang telah rusak.
Bilamana kita mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan percintaan sebelumnya, mungkin langkah yang terbaik untuk kita lakukan adalah “mengoreksi diri.” Perlu kita tanyakan dalam diri kita, apakah saya benar-benar tau makna pernikahan itu apa? Tujuan pernikahan saya itu untuk apa? Bagaimana saya menjalani pernikahan itu sendiri? Siapkah saya hidup terikat dengan orang lain yang tidak saya kenal sebelumnya hingga akhir hidup saya? Jika anda pria, apakah saya benar-benar siap untuk memikul tanggung jawab membesarkan anak-anak?
Oh tidak..! semoga ini tidak membuat anda berkecil hati, tetapi bilamana kita melihat kembali janji Tuhan bahwa “Ia menyediakan” segala sesuatu pasti tepat pada waktunya, tidak ada yang mustahil untuk dijalani bersama-sama dengan Tuhan.
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4:13
Disetujui Allah Sekarang.
Makan dan minum atau menikah dan dinikahkan bukanlah menjadi dosa dengan sendirinya apabila dilakukan. Pada zaman Nuh seperti sekarang ini, pernikahan itu diakui sesuai dengan undang-undang, asal diperlakukan dengan sewajarnya dan bukan dengan tindakan yang berlebih-lebihan yang penuh dosa. RH 25 Sep. 1888.
Cinta yang suci telah menjadi rusak ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Sehingga kecenderungannya adalah jahat, penuh nafsu dan mementingkan diri sendiri. Itulah yang terjadi pada waktu zaman Nuh. Moral begitu merosot, perilaku sex yang tidak wajar, pesta pora dan kemabukan, telah membuat hati Allah kecewa dan menyesal oleh karena Ia menciptakan manusia dan hendak untuk membinasakan manusia.
Demikian juga yang terjadi pada zaman ini, ada banyak alasan-alasan yang tidak suci, maksud-maksud yang hina, tujuan-tujuan yang kotor menjadi dasar kebanyakan orang untuk menikah, sehingga hasilnya adalah penderitaan dan kesusahan yang hebat dan tak terbayangkan untuk di pikul seumur hidup.
Akan tetapi oleh karena rahmat Allah yang tak terbatas, bilamana manusia itu mau kembali kepada Khalik-Nya, Ia akan menunjukan kembali jalan dan memberikan kebahagiaan itu kepada manusia sekarang ini.
“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Mazmur 127:1
Suatu Persiapan Untuk Masuk Surga.
“Biarlah mereka ingat bahwa rumah tangga di bumi ini adalah lambang dari, dan merupakan persiapan untuk rumah tangga di surga.”–MH 363.
Satu hal yang perlu kita ingat baik-baik dari pernyataan diatas adalah; pernikahan bukanlah untuk sesaat atau hanya untuk kehidupan di dunia ini, tetapi setiap rumah tangga yang yang dihasilkan oleh pernikahan, akan kita bawa ke Surga. Orang yang paling dekat dengan kita yang dapat kita kenal di surga selain Yesus adalah pasangan hidup kita, suami atau istri kita. Oleh sebab itu, pikirkanlah kembali maksud-maksud anda untuk menikah. Apakah anda benar-benar siap mempertanggung jawabkan semuanya itu kepada Allah?
Kita perlu bersyukur jika kita gagal dalam menjalin cinta di waktu-waktu yang telah lalu, mungkin karena Allah sangat mengasihi kita sehingga kita di ajar untuk dapat mengerti maksud-maksud-Nya yang suci dalam pernikahan. Semuanya adalah untuk kebaikan kita, sebelum terlanjur dan kita menyesal seumur hidup.
Mungkin anggaplah suatu pelajaran berharga, jika anda patah hati, karena Tuhan sedang mengajari anda bagaimana untuk mencintai seseorang dengan kasih yang murni (Agape). Bila waktunya tiba, Tuhan sendiri yang akan mempertemukan anda dengan pasangan anda. “Tuhan lebih tau yang terbaik untuk anda,” jangan memilih berdasarkan pilihan anda, tetapi Tuhan tahu bagaimana memberikan “yang sepadan” dengan anda.
“Allah menghendaki agar rumah tangga adalah tempat yang paling membahagiakan di dunia, suatu lambang nyata suasana surga. Jika suami dan istri memikul tanggungjawab masing-masing dalam keluarga, menghubungkan semua kepentingan mereka dengan Yesus Kristus, bersandar pada lengan-Nya dan jaminan-Nya, maka mereka berdua akan hidup berbahagia dalam pernikahannya dan para malaikat Allah pun senang.”AH 102.