[AkhirZaman.org] Rencana Tuhan Sejak Semula. Tuhanlah yang mengadakan upacara pernikahan yang pertama. Dengan demikian jelas bahwa lembaga pernikahan berasal dari Pencipta alam semesta. “Pernikahan itu terhormat”; itu adalah satu di antara hadiah pertama dari Tuhan untuk manusia dan satu di antara dua lembaga yang dibawa Adam ketika ia diusir keluar di antara dua lembaga yang dibawa Adam ketika ia diusir keluar dari taman Firdaus. Bilamana prinsip ilahi diakui dan dituruti, pernikahan adalah suatu berkat; itu menjaga kesucian dan kebahagiaan manusia, melengkapi kebutuhan pergaulan, meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan moral manusia.–PP 46.
Makan dan minum atau menikah dan dinikahkan bukanlah menjadi dosa dengan sendirinya apabila dilakukan. Pada zaman Nuh seperti sekarang ini, pernikahan itu diakui sesuai dengan undang-undang, asal diperlakukan dengan sewajarnya dan bukan dengan tindakan yang berlebih-lebihan yang penuh dosa. RH 25 Sep. 1888.
Sebagai umat Tuhan, kita boleh melarang orang menikah, kecuali jika nyata-nyata pernikahan itu akan menyengsarakan kedua belah pihak. Bahkan dalam kasus yang demikian pun kita hanya memberi nasihat dan bimbingan.–Letter 60, 1900.
Suatu Persiapan Untuk Masuk Surga. Biarlah mereka ingat bahwa rumah tangga di bumi ini adalah lambang dari–dan merupakan persiapan untuk rumah tangga di surga.–MH 363.
Tuhan menghendaki agar rumah tangga adalah tempat yang paling membahagiakan di dunia, suatu lambang nyata suasana surga. Jika suami dan istri memikul tanggungjawab masing-masing dalam keluarga, menghubungkan semua kepentingan mereka dengan Yesus Kristus, bersandar pada lengan-Nya dan jaminan-Nya, maka mereka berdua akan hidup berbahagia dalam pernikahannya dan para malaikat Tuhan pun senang.–AH 102.
Ikatan Seumur Hidup. Pernikahan, suatu persekutuan seumur hidup, adalah lambang persatuan antara Kristus dengan umat-Nya.–7T 46.
Dalam pikiran orang muda, pernikahan itu tampak begitu menawan, penuh kesenangan dan impian indah sehingga sukar untuk menanamkan pengertian ke dalam pikirannya bahwa tanggungjawab orang yang mengucapkan sumpah pernikahan adalah sangat berat. Sumpah pernikahan ini menyatukan nasib kedua mempelai dengan ikatan yang tak dapat dilepaskan seumur hidup, kecuali oleh maut.
Setiap rencana pernikahan haruslah dipertimbangkan dengan sangat hati-hati sebab pernikahan adalah ikatan seumur hidup. Baik pria maupun wanita harus mempertimbangkan dengan hati-hati apakah mereka berdua dapat tetap bersatu melalui berbagai perubahan nasib sepanjang umur hidup mereka nanti.–AH 340.
Tuhan Memandang Dari Tempat Yang Tinggi. Orang yang mengaku dirinya kristen sekali-kali jangan berani mengikat tali pernikahan sebelum hal itu dipertimbangkan dengan hati-hati disertai doa yang tekun untuk melihat apakah Tuhan akan dimuliakan melalui persekutuan nikah itu. Kemudian mereka harus mempertimbangkan akibat dari setiap hak istimewa yang mereka miliki dalam pernikahan mereka; setiap tindakan dilakukan atas prinsip yang disucikan.–RH 19 Sep 1899.
Periksa dengan teliti agar dapat melihat apakah pernikahanmu akan bahagia atau tak harmonis dan malang. Tanyakan pada dirimu sendiri tiga pertanyaan berikut: “Apakah pernikahan ini akan menolong untuk mengarahkan saya ke surga? Apakah pernikahan ini menambah kasih saya kepada Tuhan? Apakah pernikahan ini menambah kegunaan saya dalam hidup ini?” Jika jawaban pertanyaan ini memuaskan, maka dalam takut akan Tuhan majulah terus.–FE 104, 105.
Semuanya Di Dalam Nama Yesus Kristus. Seorang pria yang sudah menentukan akan menikah dengan wanita pilihannya harus meluangkan waktu khusus untuk mempertimbangkannya kembali dengan tulus mengapa ia menetapkan demikian. Apakah istrinya menjadi penolong baginya, pendamping yang setara dengannya, ataukah ia akan memperlakukannya sedemikian rupa sehingga istrinya itu tidak dapat memusatkan kehidupannya untuk memuliakan Tuhan? Apakah pria itu akan menjadikan istrinya sebagai pemuas nafsu belaka, membebaninya dengan tugas berat yang membuatnya setengah mati, ataukah pria itu memahami makna kalimat yang mengatakan, “Apa pun yang engkau lakukan, dalam perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya dalam nama Yesus Kristus?”–MS 152, 1899.
Perlunya Persiapan Yang Seksama. Orang muda harus mempunyai pengalaman dalam melaksanakan berbagai tugas dalam hidup sehari-hari sebelum mereka menikah. Pengalaman tersebut akan menyanggupkan mereka memikul tanggungjawab dalam pernikahan. Jangan ada orang yang menganjurkan agar remaja cepat-cepat menikah. Suatu hubungan yang sangat penting seperti pernikahan dan yang jangkauannya begitu jauh janganlah sekali-kali dilaksanakan dengan terburu-buru tanpa persiapan yang cukup, sebelum pikiran dan kekuatan tubuh mencapai perkembangan yang baik.–MH 358.
Pertimbangkan baik-buruknya sesuatu hal sebelum engkau melakukannya. Engkau sedang mengambil langkah yang akibatnya kekal. Sebab itu jangan bertindak terburu-buru. Janganlah pikiranmu hanya tertuju kepada rencana menikah.–Letter 7, 1869.
Mintalah Nasihat Tuhan. Perkataan Kristus yang berikut ini harus selamanya kita ingat: “Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.” Mereka kawin dan mengawinkan sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera dan mereka tidak tahu akan sesuatu sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua. Kita melihat kebirahian yang sama mengenai pernikahan. Pemuda dan bahkan kaum bapak dan ibu yang seharusnya berlaku bijaksana, tahu membedakan yang baik dari yang jahat berbuat seperti mereka sangat tergiur oleh pernikahan. Nampaknya setan telah menguasai mereka. Meminang dan menikah menjadi tema yang menguasai pikiran. Pernikahan yang paling tidak bijaksana dilangsungkan. Tuhan tidak dimintai nasihat. Perasaan manusia, keinginan dan nafsunya mengatasi segalanya sampai akhirnya terlaksana. Penderitaan yang tak terlukiskan adalah akibatnya dan Tuhan tidak dimuliakan. Tempat tidur pernikahan tercemar dan tidak suci. Tidak haruskah ada perubahan yang pasti sehubungan dengan masalah penting ini?–Letter 84, 1888.
Hanya Dengan Yang Seiman. Istri Lot adalah seorang yang mementingkan diri-sendiri, tidak mempedulikan agama dan ia menanamkan pengaruhnya untuk memisahkan suaminya dari Abraham. Demikianlah Lot tinggal di Sodom demi istrinya, terpisah dari Abraham dan tidak lagi memperoleh bimbingan hamba Tuhan yang bijaksana itu. Pengaruh istrinya dan pergaulannya dengan penduduk kota yang jahat itu hampir membuatnya meninggalkan imannya kepada Tuhan tetapi pengajaran yang diterimanya dahulu dari Abraham telah memelihara imannya. Pernikahan Lot dengan istrinya dan pilihannya untuk tinggal di kota Sodom adalah mata rantai pertama dari untaian peristiwa yang penuh dengan kejahatan yang menimpa dunia selama beberapa generasi berikutnya.
Tidak seorang pun yang takut akan Tuhan akan luput dari bahaya jika ia menikah dengan seorang yang tidak seiman. “Berjalankah dua orang bersama-sama jika mereka belum berjanji?” (Am 3:3).
Kemakmuran dan kebahagiaan pernikahan tergantung kepada persatuan kedua belah pihak; tetapi antara seorang yang beriman dan yang tidak beriman terdapat perbedaan yang sangat mencolok dalam selera, kecenderungan dan maksud. Mereka melayani dua tuan yang sangat berbeda dan saling bermusuhan. Bagaimana pun suci dan benarnya prinsip hidup seseorang, ia akan tetap terpengaruh oleh teman hidupnya yang tidak seiman untuk menjauhkan diri dari Tuhan…. Alkitab melarang pernikahan antara seorang kristen dengan yang tidak seiman. Firman Tuhan memberi kita petunjuk berikut: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya.” (2 Kor 6:14).–PP 174, 175.
Janganlah terbentuk ikatan yang tidak kudus antara anak-anak Tuhan dengan sahabat-sahabat yang duniawi. Janganlah ada pernikahan antara seorang yang beriman dengan yang tidak seiman. Biarlah umat Tuhan berdiri teguh di pihak yang benar guna mempertahankan kebenaran.–RH 31 Juli 1894.
Orang muda kristen harus sangat berhati-hati memilih teman dan sahabat dalam pergaulannya. Hati-hatilah supaya jangan yang sekarang engkau pikir adalah emas murni ternyata hanya sepuhan. Pergaulan dunia cenderung merintangi pelayananmu kepada Tuhan dan banyak jiwa yang hancur karena persekutuan yang tidak membahagiakan baik dalam bisnis maupun pernikahan dengan orang yang tidak dapat mengangkat jiwa dan menaikkan derajatnya. Jangan sekali-kali ada orang yang berani melanggar larangan Tuhan. Tuhan melarang pernikahan antara seorang beriman dengan yang tidak seiman. Tetapi terlalu sering terjadi bahwa hati yang tidak mau bertobat mengikuti saja keinginannya dan pernikahan yang dilarang Tuhan pun dilangsungkan. Itulah sebabnya mengapa banyak pria dan wanita yang tidak berpengharapan dan tanpa Tuhan di dunia ini. Cita-cita luhur mereka menjadi sirna; mereka terjebak dan tidak dapat melepaskan diri dari berbagai keadaan yang sengaja direkayasa setan untuk menjerat mereka.–RH 1 Februari 1906.
Utamakan Tuntutan Tuhan. Walaupun calon pasangan hidup anda nampaknya pantas (padahal tidak!), ia belum menerima kebenaran zaman ini; ia tergolong orang yang tidak seiman denganmu, maka surga melarang engkau menikah dengan dia. Engkau tidak dapat meremehkan perintah tegas Tuhan tanpa membahayakan keselamatan jiwamu…. Menikah dengan orang yang tidak seiman akan menempatkan dirimu sendiri di pihak setan. Engkau mendukakan Roh Kudus dan tidak dapat lagi mengharapkan perlindungan-Nya. Sanggupkah engkau memenangkan peperangan iman untuk merebut hidup yang kekal tanpa pertolongan Tuhan melawan setan?
Mungkin engkau berkata: “Saya telah berjanji untuk menikah dengan dia, akankah saya menarik kembali janji itu?” Jawaban saya adalah: Jika engkau telah membuat suatu janji yang bertentangan dengan Alkitab, batalkanlah itu segera dan dengan segala kerendahan hati datanglah kepada Tuhan menyatakan penyesalan dan mohon ampun kepada-Nya karena engkau terlanjur membuat janji yang bertentangan dengan kehendak-Nya. Jauh lebih baik engkau ingkar janji karena engkau takut akan Tuhan daripada menepatinya tetapi dengan demikian engkau tidak menghormati Penciptamu.–5T 364, 365.
Tuhan dengan jelas memerintahkan kepada umat-Nya agar mereka tidak menikah dengan orang yang tidak takut kepada-Nya dan yang tidak mengasihi-Nya. Teman hidup yang demikian sangat jarang merasa puas dengan kasih dan rasa hormat yang telah dialaminya dari pengabdian pasangan hidupnya yang takut akan Tuhan. Ia akan terus menuntut sesuatu yang menyenangkan dirinya tetapi akan melanggar perintah Tuhan bila dilakukan. Bagi pria yang takut akan Tuhan dan jemaat di mana dia menjadi anggota, seorang istri atau seorang teman yang tidak beriman adalah seperti mata-mata musuh yang masuk dalam perkemahan. Ia menunggu waktu yang tepat untuk mengkhianat dan menempatkan engkau dan jemaatmu menjadi sasaran serangan musuh.
Setan selamanya mencari cara mengukuhkan kuasanya atas umat Tuhan dengan mengajak mereka membentuk persekutuan dengan pasukan kegelapan.–ST 6 Oktober 6 1881.
Oleh: Ellen White