Ingatlah akan orang-orang hukuman. Ibrani 13:3
[AkhirZaman.org] Kemarin saya diundang berbicara pada para narapidana dekat kota Salem, Oregon. Saudari Jordan, seorang warlita yang ramah-tamah dalam iman menjemput saya dalam keretanya. . . . Saya merasa terkejut menyaksikan serombongan orang yang begitu pintar-pintar. Aduh, betapa menyedihkan! Begitu banyak orang muda, lebih mudah dari anak-anak kita, begitu cemerlang, dan tampak seolah-olah mereka boleh mengisi kedudukan dalam masyarakat. Engkau tidak akan menyangka bahwa meréka adalah para narapidana, hanya bilamana engkau memandang pakaian mereka yang aneh itu.
Dan pakaian itu begitu rapi dan bersih. Tidak ada yang menjijikkan dalam penampilan mereka. Mula-mula pemimpin membawa kami masuk, dan kemudian tatkala lonceng berbunyi, grendel besi yang berat tertarik dengan suara nyaring, dan tiba-tiba keluarlah dengan beramai-ramai dari dalam sel sebanyak seratus lima puluh narapidana. Kemudian kami dikunci bersama dengan mereka—kepala penjara, isteri pemimpin (seorang wanita dari bagian Selatan, Saudara dan Saudari Carter, saudari Jordan, dan saya sendiri. Para narapidana itu menyanyi dipimpin oleh Saudara Carter. Di sana terdapat satu organ. Pemainnya seorang muda, seorang pemusik yang mahir, seorang pria berbakat—akan tetapi aduh, betapa menyedihkan, ia seorang narapidana! Saya melayangkan doa, dan semua kepala tunduk. Kembali lagi mereka menyanyi dan kemudian saya menyampaikan khotbah.
Mereka mendengar dengan sangat penuh perhatian sementara saya mengucapkan kata-kata ini: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah” (1 Yoh 3:1). Kemudian saya mengemukakan kepada mereka dosa Adam, kejatuhannya, dan karunia Allah menebus kegagalan Adam; kasih yang dinyatakan didunia ini untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan kebinasaan. Saya merenungkan pencobaan Kristus di padang gurun, kemenangan yang dicapai demi umat manusia, dan bagaimana manusia mengalahkan jerat setan yang menggiurkan itu dengan menjadikan Kristus pengharapannya.
Beberapa saat saya merenung-renungkan sifat dosa; bahwa dosa adalah pelanggaran hukum, dan bagaimana melalui pertobatan kepada Allah dan iman pada Yesus Kristus, Tuhan kita, maka orang berdosa boleh selamat dengan keselamatan sepenuh-penuhnya. Akan tetapi ia tidak diselamatkan oleh jasa-jasa darah Kristus sementara ia terus melanggar hukum Bapa. . . . Kristus mati untuk membuktikan kepada orang berdosa bahwa tidak ada pengharapan baginya sementara dia terus berbuat dosa. Penurutan terhadap semua tuntutan Allah adalah satu-satunya pengharapan untuk memperoleh pengampunan melalui darah Kristus. Saya merenungkan lebih lama akan pahala besar yang akan diberikan kepada orang yang pada akhirnya menang—mahkota kehidupan yang kekal akan diletakkan ke atas kepalanya.
Orang-orang itu mendengar dengan wajah yang sangat sungguh-sungguh, dan mata yang berlinang air mata serta bibir yang komat-kamit menunjukkan bahwa hati mereka, walaupun dikuasai dosa, merasakan kata-kata yang diucapkan itu.—Surat 32, 24 Juni 1878, kepada James White, yang sedang mengadakan perjalanan di bagian Timur Amerika Serikat.