[AkhirZaman.org] Pemberontakan Setan hendaknya menjadi suatu pelajaran bagi alam semesta pada abad-abad mendatang, suatu kesaksian abadi mengenai sifat dan akibat-akibat mengerikan dari dosa. Hasil pemerintahan Setan, pengaruhnya kepada manusia dan malaikat-malaikat akan menunjukkan apa yang menjadi akibat dari mengesampingkan kekuasaan ilahi. Pemberontakan itu akan menyaksikan bahwa keberadaan pemerintahan Allah dan hukum-Nya akan membungkus dan melindungi kesejahteraan semua makhluk yang telah dijadikan-Nya. Jadi sejarah percobaan pemberontakan yang mengerikan ini haruslah menjadi pelindung kekal bagi seluruh makhluk suci, untuk mencegah mereka dari tipuan untuk mengadakan pelanggaran, untuk menyelamatkan mereka dari berbuat dosa dan menderita hukumannya.
Hingga pada akhir pertentangan itu di Surga, perebut kekuasaan besar itu terus berusaha untuk membenarkan dirinya. Pada waktu diumumkan bahwa ia bersama simpatisannya harus dikeluarkan dan diusir dari tempat tinggal yang penuh kebahagiaan itu, kemudian pemimpin pemberontak itu dengan berani menyatakan penghinaannya terhadap hukum Allah. Ia mengulangi tuntutannya bahwa malaikat-malaikat tidak perlu dikendalikan, dan harus dibiarkan mengikuti kehendak mereka sendiri, yang senantiasa menuntun mereka dengan benar. Ia mencela undang-undang atau hukum-hukum ilahi sebagai yang membatasi kebebasan mereka, dan menyatakan bahwa adalah tujuannya untuk menghapuskan hukum Allah, agar dengan dibebaskannya mereka dari pembatasan ini, balatentera Surga boleh lebih ditinggikan, lebih mulia dalam keberadaannya.
Setan dengan balatenteranya bersepakat mempersalahkan pemberontakan mereka itu seluruhnya kepada Kristus, dan menyatakan bahwa jika seandainya mereka tidak ditegur, mereka tidak akan pernah memberontak. Dengan demikian ketidaksetiaan mereka yang penuh pembangkangan dan keras kepala itu berusaha menumbangkan pemerintahan Allah dengan sia-sia, namun dengan menghujat mengatakan bahwa mereka adalah korban yang tidak bersalah dari kekuasaan yang menindas. Sehingga pada akhirnya kepala pemberontak dan simpatisannya diusir dari Surga. Lihat Wahyu 12:7-9.
Roh yang sama yang telah menyebabkan pemberontakan di Surga, masih mengilhami pemberontakan di dunia ini. Setan meneruskan caranya memperdaya manusia sebagaimana yang dilakukannya kepada malaikat-malaikat. Rohnya sekarang ini memerintah di dalam hati anak-anak yang tidak mau menurut. Seperti dia, mereka berusaha melanggar batasan-batasan hukum Allah, dan menjanjikan kepada manusia itu kebebasan melalui pelanggaran terhadap perintah-perintah-Nya. Teguran terhadap dosa masih menimbulkan roh kebencian dan penolakan. Pada waktu pekabaran amaran Allah diterima di dalam hati nurani, maka Setan menuntun manusia untuk membenarkan mereka, dan mencari simpati orang-orang lain dalam dosa mereka. Gantinya memperbaiki kesalahan mereka, mereka marah kepada yang menegur, seolah-olah ia adalah penyebab satu-satunya kesulitan. Sejak dari zaman Abel yang benar itu sampai ke zaman kita ini, begitulah roh yang ditunjukkan kepada mereka yang berani menegur dosa.
Pemutarbalikan yang sama mengenai tabiat Allah sebagaimana yang dipraktekkan Setan di Surga, yang menyebabkan Allah dianggap sebagai Allah yang kejam dan bengis, Setan mempengaruhi manusia untuk berdosa. Dan atas keberhasilannya sejauh itu, ia menyatakan bahwa pembatasan-pembatasan Allah yang tidak adil telah menyebabkan manusia jatuh, sebagaimana mereka dituntun kepada pemberontakannya sendiri.
Tetapi Yang Kekal itu sendiri menyatakan tabiat-Nya. “Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa, tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman.” (Kel. 34:6,7).
Dalam pengusiran Setan dari Surga, Allah menyatakan keadilan-Nya, dan mempertahankan kemuliaan takhta-Nya. Akan tetapi bilamana manusia berdosa melalui penyerahan kepada roh yang murtad atau Setan, Allah memberikan bukti kasih-Nya oleh menyerahkan Anak-Nya yang tunggal mati bagi manusia yang jatuh itu. Dalam pendamaian tabiat Allah dinyatakan. Argumen terbesar salib menunjukkan kepada seluruh alam semesta bahwa tindakan dosa yang dipilih oleh Lucifer sekali-kali tidak dapat dituduhkan kepada pemerintahan Allah.
Dalam pertentangan antara Kristus dan Setan, selama masa pelayanan Juru Selamat di dunia ini, tabiat si penipu besar itu telah disingkapkan. Tak ada sesuatu yang begitu berhasil menumbangkan Setan dari kasih sayang malaikat-malaikat Surga dan seluruh alam semesata yang setia, selain perlawanannya yang begitu kejam terhadap Penebus dunia. Hujatannya yang paling berani menuntut agar Kristus menyembah dia, keberaniannya yang gegabah membawa Kristus ke puncak gunung dan ke atas menara kaabah, kedengkiannya yang sungguh-sungguh untuk mengkhianatinya diungkapkan dengan menyuruh Kristus untuk menjatuhkan diri-Nya ke bawah dari ketinggian, niatnya yang jahat yang terus membuntuti-Nya dari satu tempat ke tempat yang lain, mengilhami hati imam-imam dan orang-orang untuk menolak kasih-Nya, dan pada teriakan terakhir, “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” — semuanya ini menimbulkan kekaguman dan perasaan marah semesta alam.
Setanlah yang mendorong dunia ini menolak Kristus. Raja kejahatan itu mengerahkan seluruh tenaganya dan kelicikannya untuk membinasakan Yesus, karena ia melihat bahwa kasih dan kemurahan Juru Selamat, belas kasihan-Nya dan kelemah-lembutan-Nya menggambarkan kepada dunia ini sifat Allah. Setan menentang setiap pernyataan yang dikemukakan oleh Anak Allah, dan menggunakan manusia sebagai alatnya untuk mengisi kehidupan Juru Selamat dengan penderitaan dan dukacita. Kelicikan dan kepalsuan, dengan mana ia berusaha menghalangi pekerjaan Yesus, kebencian yang dinyatakan melalui anak-anak pelanggaran, tuduhan-tuduhan kejam terhadap Dia yang hidup-Nya adalah kebaikan yang tiada tandingan-Nya, semuanya terbit dari rasa dendam di lubuk hatinya yang terdalam. Api kecemburuan dan permusuhan, kedengkian dan dendam kesumat meletus di Golgota terhadap Anak Allah, sementara seluruh Surga menatap pemandangan itu dengan rasa ngeri.
Pada waktu korban agung itu telah terbakar habis, Kristus naik ke atas, menolak penghormatan para malaikat sampai Ia telah mempersembahkan permohonan “Ya Bapa, Aku mau supaya, dimanapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku.” (Yoh. 17:24). Kemudian dengan kasih dan kuasa yang tidak terkatakan datang jawaban dari takhta Bapa, “Semua malaikat Allah harus menyembah Dia.” (Ibrani 1:6). Tak setitikpun noda ada pada Yesus. kehinaan-Nya berakhir, pengorbanan-Nya telah selesai, dan kepada-Nya diberikan nama atas segala nama.
Sekarang kesalahan Setan terpampang tanpa maaf. Ia telah menyatakan tabiatnya yang sebenarnya sebagai pembohong dan pembunuh. Telah nyata bahwa roh yang sama yang digunakan memerintah anak-anak manusia yang di bawah kekuasaannya, akan ditunjukkannya seandainya ia diizinkan menguasai atau mengendalikan penduduk Surga. Ia telah mengatakan bahwa pelanggaran hukum Allah akan mendatangkan kebebasan dan meninggikan diri, tetapi yang terlihat akibatnya ialah perbudakan dan kehinaan.
Tuduhan-tuduhan bohong Setan terhadap tabiat dan pemerintahan ilahi tampak dalam terangnya yang sebenarnya. Ia telah menuduh Allah berusaha hanya meninggikan diri-Nya sendiri, dalam mewajibkan makhluk ciptaan-Nya tunduk dan menurut kepada-Nya, dan telah menyatakan bahwa sementara Pencipta menuntut penyangkalan diri dari yang lain-lain, Ia sendiri tidak mempraktekkan penyangkalan diri dan tidak berkorban. Sekarang tampak jelas bahwa bagi keselamatan bangsa yang jatuh dan manusia berdosa, Penguasa alam semesta telah membuat pengorbanan yang paling besar yang dapat dilakukan oleh kasih; karena “Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.” (2 Kor. 5:19). Tampak juga, bahwa pada waktu Lucifer telah membuka pintu masuknya dosa, oleh keinginannya untuk kemuliaan dan supremasi, Kristus telah merendahkan diri-Nya untuk membinasakan dosa menjadi penurut sampai mati.
Allah telah menunjukkan kebencian-Nya terhadap prinsip-prinsip pemberontakan. Seluruh Surga melihat keadilan-Nya dinyatakan, baik dalam menghukum Setan maupun dalam menebus manusia. Lucifer telah menyatakan bahwa jika hukum Allah tidak bisa berobah dan hukumannya tidak bisa diampuni, maka setiap pelanggar selama-lamanya tidak bisa berkenan kepada Allah. Ia telah mengatakan bahwa umat manusia yang berdosa telah ditempatkan di luar jangkauan penebusan, dan oleh sebab itu manusia telah menjadi mangsa. Akan tetapi kematian Kristus adalah suatu argumen demi manusia yang tidak bisa diruntuhkan. Hukuman dari hukum itu jatuh kepada Dia yang setara dengan Allah, dan umat manusia bebas menerima kebenaran Kristus, dan oleh suatu kehidupan pertobatan dan merendahkan diri menuju kemenangan, sebagaimana Anak Manusia menang atas kuasa Setan. Jadi Allah adalah adil, dan juga pembenar semua orang yang percaya kepada Yesus.
Akan tetapi Kristus datang ke dunia ini menderita dan mati bukan semata-mata untuk melaksanakan penyelamatan manusia. Ia datang untuk “membesarkan hukum itu” dan “memuliakannya.” Bukan cuma agar dunia ini boleh menghargai hukum itu sebagaimana mestinya, tetapi menunjukkan kepada seluruh alam semesta ini bahwa hukum Allah tidak bisa diubah. Seandainya tuntutannya itu dikesampingkan, maka Anak Allah tidak perlu menyerahkan hidup-Nya untuk menebus pelanggar-pelanggar hukum itu. Kematian Kristus membuktikan bahwa hukum itu tidak bisa diubah. Dan pengorbanan sebagai pernyataan kasih Bapa dan Anak, agar orang-orang berdosa dapat ditebus, menunjukkan kepada segenap alam semesta — apa yang tidak kurang dari rencana pendamaian ini sanggup lakukan — bahwa keadilan dan kemurahan adalah azas dari hukum dan pemerintahan Allah.
Pada pelaksanaan terakhir pengadilan akan tampak bahwa tidak ada alasan bagi keberadaan dosa. Pada waktu Hakim seluruh dunia itu akan menuntut Setan, “Mengapa engkau memberontak melawan Aku, dan merampas penduduk kerajaan-Ku?” maka Setan, asal mula kejahatan itu, tidak bisa memberikan alasan. Setiap mulut akan bungkam berdiam, dan seluruh pasukan yang memberontak akan berdiam seribu bahasa.
Salib Golgota, sementara menyatakan hukum itu tidak bisa diubah, mengumumkan ke seluruh alam semesat bahwa upah dosa ialah maut. Dalam seruan terakhir Juru Selamat, “Sudah genap,” lonceng kematian Setan dibunyikan. Pertentangan yang besar yang sudah lama berjalan telah diputuskan, dan pemberantasan terakhir dosa telah dipastikan. Anak Allah melewati gerbang kubur agar “oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut.” (Ibrani 2:14). Keinginan Lucifer untuk meninggikan diri sendiri telah menuntunnya berkata, “Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, . . . aku akan menyamai Yang Mahatinggi!” (Yes. 14:13,14). Allah menyatakan, “Aku menyalakan api dari tengahmu yang akan memakan habis engkau . . . . Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya engkau.” (Yehez. 28:18,19). Bilamana “sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman Tuhan semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.” (Mal. 4:1).
Seluruh alam semesta akan menjadi saksi bagi sifat dan akibat dosa itu. Dan pemberontakan total dosa itu, yang pada mulanya mendatangkan ketakutan kepada malaikat-malaikat dan kehinaan kepada Allah, sekarang akan membuktikan kebenaran kasih-Nya dan menetapkan kemuliaan-Nya di hadapan makhluk-makhluk semesta alam yang senang melakukan kehendak Allah, dan yang di dalam hatinya ada hukum-Nya. Kejahatan tidak akan pernah muncul lagi . Firman Allah berkata, ” Kesangsaraan tidak akan timbul dua kali ! ” ( Nahum 1: 9 ) . Hukum Allah yang telah dicela oleh Setan sebagai kuk perhambaan akan dihormati sebagai hukum kemerdekaan. Ciptaan yang telah teruji dan terbukti tidak akan pernah lagi berpaling dari kesetiaan kepada Dia yang tabiat-Nya telah dinyatakan sepenuhnya di hadapan mereka sebagai kasih yang tak terduga dalamnya dan hikmat yang tak terbatas.
-KA